Buletin Sidogiri edisi 65

Page 75

yang meletakkan aturan perilaku dalam konflik bersenjata, adalah dilarang untuk menyiksa, menghina atau membunuh tahanan. Peter Bouckaert dari Human Rights Watch, saat diwawancarai oleh CNN di Sirte dekat pipa pembuangan di mana Qadhafi ditangkap, mengatakan: “Kami tidak berpikir dia terperangkap dalam baku tembak. Apakah Moammar Qadhafi mati karena luka, atau apakah ia menerima luka di kepala yang fatal setelah dia meninggalkan daerah ini?” “Kami menyerukan untuk otopsi dan penyelidikan. Ini merupakan noda di Libya baru di mana Qadhafi meninggal dalam keadaan mencurigakan,” katanya menegaskan. Faktor Minyak Tak bisa dipungkiri, minyak merupakan faktor paling dominan di balik upaya penggulingan rezim Moammar Qadhafi. Selama 42 tahun berkuasa, Qadhafi memang memerintah dengan cara yang eksentrik dan brutal, dan membuat Libya menjadi negeri yang terisolasi. Tapi Libya kemudian berhasil ia bawa menjadi negara kaya minyak yang paling berpengaruh di Afrika Utara. Tak aneh bila Libya menjadi donor utama Uni Afrika sehingga memungkinkan organisasi itu mengirim pasukan perdamaian ke Somalia, Darfur, dan Kongo. Libya juga menyuplai sejumlah negara miskin di Afrika. Libya memasok 2 persen dari total minyak di dunia, memproduksi rata-rata sebesar 1,3 juta barel per hari, dengan

kualitas minyak terbaik di dunia. Perusahaan minyak asing, baik dari negara Eropa dan dunia ketiga seperti Turki, Rusia, Brazil, China, Malaysia, bahkan Indonesia dimana Pertamina dan MEdco Internasional juga mendapat proyek offshore di Teluk Sirte. ENI, BP (Inggris), Total (Prancis), Repsol YPF (Spanyol), dan OMV (Austria) merupakan produsen minyak terbesar di Libya sebelum pemberontakan terjadi. Sejumlah perusahaan AS, seperti Hess, ConocoPhillips, dan Marathon, juga membuat kesepakatan dengan rezim Qadhafi. Libya memasok kurang dari 1 persen kebutuhan impor minyak AS. “Keluarga yang berkuasa itu telah mati,” kata Graham Casey, seorang warga Australia, saat mengomentari tewasnya Qadhafi di situs berita The Daily Mail. “Selamat datang Halliburton, Chevron, ENI, Shell, BP, Exxon, Total, dan ambil singgasana itu dan juga keuntungan.” Laporan menarik disampaikan Cliford Cress di New York Times sebagaimana diterbitkan edisi Arabnya oleh ‘Asharq Al-Awsat’ edisi 24/8/2011 yang berjudul, “Memulai Berlomba-Lomba Memperebutkan Minyak Libya Bersamaan dengan Tumbangnya Regim Qadhafi”. Tulisan tersebut juga mencantumkan adanya tambahan analisa dari penulis Italia Elizabetha Boufaldo dari Roma. Dalam laporan tersebut, semua negara NATO sangat menginginkan mendapatkan jatah proyek dari minyak Libya yang selama ini memback-up para pemberontak menggulingkan pemerintahan sah BULETIN SIDOGIRI.EDISI 65.MUHARRAM.1433

75


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.