Jambi Ekspres | Minggu, 29 November 2009

Page 15

GREEN CORNER

Jambi Ekspres Jawa Pos National Network (JPNN)

Minggu

29 november

2009

JASON AHRENS/AFP PHOTO/AUSTRALIAN ANTARTIC DIVISION

GUNUNG ES MENGAMBANG: Sebuah gunung es tengah melintas di belakang seekor gajah laut di Macquarie Island diAustralia 17 November 2009 lalu. Gunung es berasal dari Antartika Selatan yang berjarak sekitar 1500 km dari pulau itu. Sekitar 100 dan bahkan ratusan gunung es tengah hanyut menuju Selandia baru. Divisi Glacier Australia menyebutkan ini terdeteksi oleh foto satelit tengah melintas di Auckland Islands menuju pulau besar, South Island, sekitar 450 km (280 mil Timur Laut. Ilmuwan Neal Young mengatakan lebih dari 100 gunung es (Beberapa bahkan berukuran jumbo hingga berdiameter lebih dari 200 meter-- terlihat dalam satu titik. Ini, sebutnya menunjukkan ada banyak gunung es yang tengah hanyut di samudera.

Sertifikasi LEI Tak Jamin Produk Kertas

BAY ISMOYO/AFP PHOTO

AKTIVIS : Greenpeace tengah melintas lahan yang sudah rusak di Pangkalan Bunut, Riau.

Pernyataan Bersama 7 LSM Lingkungan Hidup Sumatera SERTIFIKASI terbaru produk hutan tanaman industri pulp and paper oleh Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) menunjukkan bahwa standar-standarnya perlu diperkuat. Sebab, produkproduk pulp and paper tidak lestari. Hal itu disampaikan sekelompok LSM di Indonesia mengingatkan pembeli kertas internasional. Sebuah perusahaan pulp and paper dan LEI baru-baru ini bersama mengumumkan akan mulai menjual produk kertas bersertifikat LEI-APP pada akhir tahun 2009. Namun produk kertas tersebut tidak menunjukkan bahwa perusahaan bersangkutan telah meningkatkan praktik bisnisnya. KKI Warsi, Frankfurt Zoological Society Indonesia Program, Program Konservasi Harimau Sumatera (PKHS), Jikalahari, Walhi Riau, Walhi Jambi dan WWF Program Riau merekomendasikan pembeli internasional untuk menghindari risiko akibat pembelian produk perusahaan ini. Mereka juga mendesak LEI untuk lebih memperkuat standar sertifikasi hutan tanaman serta persyaratan auditor guna menjamin sertifikasi kurang bagus ini tidak lagi terjadi. Adapun pihak perusahaan menyatakan lima pabrik pengolahan pulp dan kertasnya menerima sertifikat lacak balak atau Chain of Custody (CoC) di bawah program sertifikasi hutan tanaman LEI. Sementara, salah satu pemasok kayu bahan baku pulp di Jambi juga memperoleh sertifikasi memenuhi standar sistem

manajemen hutan tanaman lestari LEI. Namun perusahaan tersebut memiliki sejarah panjang di Indonesia dengan tanpa pilih menebangi hutan bernilai konservasi tinggi. Ini yang dikaitkan juga dengan pelanggaran hak asasi manusia terhadap masyarakat tempatan, serta terus menebangi dan mengeringkan hutan gambut kaya karbon, menyebabkan emisi gas kaca secara global. “Sertifikat ini tidak kredibel dan transparan karena masukan-masukan dari LSM

dan komunitas terdampak tidak diindahkan,” ujar Dicky Kurniawan dari KKI Warsi. Dengan sertifikasi hutan tanaman ini, LSM-LSM tersebut memperingatkan bahwa standar sertifikasi hutan tanaman membiarkan penghancuran dan konversi hutan alam serta problem sosial di dalam konsesi yang sama dimana sertifikasi hutan tanaman itu berada. LEI juga tidak memperhatikan masalah lingkungan dan sosial berskala besar yang terus ditimbulkan.

Konsesi-konsesi perusahaan pulp di Jambi bersama-sama kehilangan hutan lebih dari 48.000 hektare (59%) dari hutan alam yang masih tersisa yang tersisa antara 2007-2008. Sementara audit terus dijalankan. Dan 31% dari semua kawasan konsesi perusahaan pulp tersebut, ada pada gambut yang dalam. Dimana lebih dari 60% di antaranya masih ditutupi oleh hutan alam pada tahun 2000. Analisa citra Landsat secara historis menunjukkan bahwa hampir dari separuh hutan gambut telah berganti dengan perkebunan akasia. Bahkan selama periode audit 2007-2008, perusahaan menebangi hampir 70% (20.353 ha) dari hutan gambut alam yang masih tersisa di konsesi-konsesi ini. Artinya, ini meninggalkan hanya sedikit kepingan dan garis hutan alam di antara akasia. LSM-LSM juga mengkritisi skema LEI kurang memiliki jaminan kuat untuk memastikan perusahaan-perusahaan kehutanan atau grup yang secara kesatuan tidak mengabaikan semangat sertifikasi LEI. “LEI seharusnya tidak menyertifikasi pemasok kayu perusahaan itu karena mereka terus menebangi dan merusak hutan alam serta lahan gambut di Indo-

nesia yang menyebabkan masalah sosial oleh operasi di luar kawasan bersertifikasi,” ujar Susanto Kurniawan dari Jikalahari. “Konsesi-konsesi bersama-sama menghilangkan

lebih dari 450.000 hektare hutan alam sejak 2000, lebih dari separuh berada di lahan gambut.” Organisasi-organisasi lingkungan di Sumatera mengimbau perusahaan

pulp and paper untuk mengatasi isu sejati: penghancuran hutan alam berskala besar, emisi dari hutan alam dan perusakan gambut serta masalah-masalah sosial.(tya*)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.