Edisi Contoh 3

Page 25

26

NATIONAL FOOTBALL

HATTRICK

SINDO/HUYUGO SIMBOLON

Selasa 4 Januari 2011

Pelatih Bandung FC Nandar Iskandar saat memberikan penjelasan pada pemainnya di Lapangan Brigif beberapa waktu lalu. Bandung FC menjadi salah satu tim yang akan tampil di Liga Primer Indonesia yang digelar 8 Januari mendatang.

ATAS NAMA PERBAIKAN Mungkin semua sepakat jika disebut kompetisi sepak bola adalah yang terbesar dan termeriah di Asia Tenggara. Tapi, semua juga paham jika sepak bola Indonesia sudah kering prestasi di panggung internasional. RACHMAD TOMY/WAHYU ARGIA

Struktur satu jenjang kompetisi di Indonesia bisa dibilang cukup menjanjikan. Dari mulai level Divisi III, II, I, Divisi Utama, sampai Liga Super yang sudah berjalan dalam beberapa tahun terakhir. Dengan jenjang begitu panjang, pemain yang terlibat di dalamnya jumlahnya bisa dipastikan mencapai ribuan orang. Masalahnya, ada tudingan minor, kompetisi tidak berjalan sebagai mana mestinya. Soal promosi-degradasi misalnya sering memunculkan kabar tak sedap karena sudah ditentukan sejak awal. Bahkan, penentuan juara di semua level kompetisi juga dikabarkan bisa ditentukan sebelum pertandingan sebenarnya dimulai. Tudingan yang memang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Persoalan ini yang kemudian memunculkan gagasan lahirnya pihak independen untuk menggelar kompetisi bernama Liga Primer Indonesia (LPI). Liga yang disokong pengusaha Arifin Panigoro ini telah memasuki persiapan akhir dan diikuti 20 kontestan. Tiga di antaranya berasal dari Jawa Timur, yakni Persibo Bojonegoro, Persema Malang, dan Persebaya Surabaya. Selain alasan finansial, ketiganya merasa tak lagi mendapatkan

tempat berkompetisi yang sehat di Liga Super maupun Divisi Utama. Persibo, misalnya, nekat banting setir ke LPI karena mengalami krisis finansial setelah delapan pemain terkena sanksi dari tidak sanggup membayar denda di PSSI. “Intinya, dengan bergabung di LPI, kami tidak lagi terus berharap dari dana APBD. Apalagi dana APBD juga cukup tidak mencukupi untuk biaya kompetisi di Liga Super,“ ujar Taufiq Risnandar, Manajer Persibo. Selain soal finansial, tim berjuluk Laskar Angling Dharma itu merasa kecewa karena merasa sering dikerjai, termasuk pengakuan Pelatih Sartono Anwar yang dimintai uang oleh oknum wasit. “Kami ingin ikut kompetisi yang baik dan sehat,“ tandasnya Hal senada diungkapkan Manajer Persema Asmuri. Menurut dia, alasan dana konsep yang ditawarkan konsorsium LPI juga lebih bagus untuk dunia sepak bola Indonesia. “Konsep LPI bagus dan tidak lagi bergantung pada APBD. Kami juga sudah lelah dikerjai wasit terus,“ ucapnya. Sementara Persebaya masih terbagi menjadi dua, ikut LPI dan Divisi Utama. Motor dari Persebaya LPI Saleh Ismail Mukadar menegaskan jika Persebaya akan sia-sia ikut kompetisi PSSI karena akan tetap dikerjai, “Jika ada konsep lebih bagus dan menjamin

kompetisi sehat, kenapa harus kami tolak,“ tandasnya. Sementara mereka yang tetap tampil di Liga Super mengaku ingin lebih tertib administrasi. Deltras Sidoarjo, misalnya. Meski saat ini klub berjuluk The Lobster itu mengalami krisis keuangan, mereka tetap bertahan di Liga Super. “Kami ingin ikut aturan yang resmi saja. Soal keuangan, kami masih cari jalan, meski dana APBD belum cair. LPI bagus, tapi di luar sistem,“ kata Ayu Sartika, manajer Deltras. Sementara itu, Sekretaris Jenderal PSSI Nugraha Besoes mengungkapkan realisasi dari semua ancaman sanksi baru diberikan pada kick-off LPI, 8 Januari nanti. “Semua yang terlibat LPI akan didata lalu diberi sanksi. Yang jelas, tidak ada kompetisi di luar PSSI. Nantinya mereka akan dimasukkan ke komdis, setelah itu baru dibawa ke Kongres PSSI. Biar anggota lain yang memutuskan sanksi tambahan bagi mereka,” ujarnya. Anggota Exco PSSI Togar Manahan Nero menjelaskan klub yang menyeberang ke LPI harus melunasi sisa kontrak pemain. Sebab, sikap indisipliner dilakukan klub. Sanksi baru diberikan kepada pemain bila yang bersangkutan menyalahi klausul kontrak dengan klub. Hanya, problem menjadi rumit bila pemain memiliki klausul kontrak ganda dengan klub. “Kontrak dikembalikan pemain kalau mereka ingkar. Mungkin saat itu juga akan ada sanksi tambahan. Tapi, di sini yang bermasalah adalah klubnya. Klub harus mengembalikan semua fasilitas yang diterima dari Liga. Jadi, klub justru harus melunasi sisa kontrak karena mereka yang indisipliner,” tandasnya. ■ ma’ruf

LPI Coba Berikan Warna dan Rasa Baru DECKY IRAWAN JASRI

Liga Primer Indonesia (LPI) jika sesuai jadwal akan segera bergulir pada Sabtu (8/1). Ada keunikan dari ke 20 nama klub yang menyatakan niatnya memulai lembaran baru di LPI. Nama -nama tersebut terdengar asing tentunya di telinga para pencita sepak bola Tanah Air. Tidak seperti Liga Super, kompetisi resmi PSSI yang lebih menggunakan perserikatan daerah. LPI punya trade mark tersendiri dalam memberikan nama klub-klub yang akan berlaga nantinya. Dari 20 klub peserta yang terdaftar, ada delapan nama klub yang pastinya akan membuat para pencinta merasa tergelitik jika mendengarnya. Aceh United, Batavia Union, Makasar City, Manado United, Medan Chips, Real Mataram, Semarang United, dan Tangerang Wolves. Tidak hanya nama-nama klub pesertanya yang membuat LPI berbeda dari Liga Super.

LPI pun membuat gebrakan dengan mendatangkan pelatih-pelatih asing untuk menukangi klub peserta LPI. Ada 12 nama pelatih asing yang didatangkan dari Prancis, Brasil, Serbia, dan Portugal untuk menangani klub peserta LPI. Dari nama-nama tersebut, ada beberapa yang mencuri perhatian, seperti pelatih Aceh United asal Prancis Lionel Charbonnier dan pelatih Real Mataram, Jose Barualdo (Argentina). Lionel Charbonnier semasa masih aktif sebagai pemain ikut mengantar tim nasional (timnas) Prancis menjadi juara Piala Dunia untuk pertama kalinya pada 1998. Saat itu Charbonnier menjadi kiper ketiga Prancis di bawah kiper plontos Fabian Bartez yang diplot sebagai pilihan utama. Tidak hanya sampai di situ catatan menarik dari Charbonnier. Pria berusia 44 tahun itu sempat menjadi tulang punggung klub papan atas AJ Auxerre dan Glasgow Rangers selama bermain. Sementara selama perjalanannya sebagai pelatih, karier Charbonnier

diasah saat menjadi juru taktik Stade Poitevin, FC Sens dan Timnas Tahiti U-20. Tidak kalah dengan Charbonnier, perjalanan mantan pemain tengah timnas Argentina Jose Barualdo juga menarik ditelusuri. Pelatih yang sempat bermain di Velez Sarsfield, Boca Juniors, dan VfB Stuttgart ini pernah mencicipi bermain di Piala Dunia 1990 dan 1994. Tercatat, 31 kali Barualdo membela La Albiceleste, julukan timnas Argentina. Pelatih berusia 47 tahun itu sempat juga satu tim dengan legendaris sepak bola Argentina Diego Armando Maradona. LPI juga tengah berusaha mengundang mantan bintang-bintang sepak bola dunia bermain di kompetisi yang dinilai PSSI sebagai kompetisi ilegal. Nama-nama mentereng macam Edgar Davids, Nicky Butt, Diego Tristan, dan Rigobert Song, tengah diusahakan pihak LPI agar mau mentas di Tanah Air. ■ ma’ruf


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.