Selendang Kuning

Page 35

Vrong menjawab dengan sabar, "Sabar dahulu Cut Nyak Dien. Memang benar sejak tadi saya mendapat perintah dari atasanku agar selalu mengamat-amati sepak terjangmu. Sayang Cut Nyak Dien yang cantik dan manis, menjadi pemimpin pemberontakan. Daripada Cut Nyak Dien nanti mati kutembak, lebih baik kita berdamai saja. Kasihan Rakyat Aceh banyak yang menjadi korban karena dari perbuatanmu. Engkau membangkitkan hati rakyat untuk melawan Pemerintah Kerajaan Belanda. Lebih baik hentikanlah gerakanmu itu. Kita berdamai saja semua pemimpin pergerakan akan kita berikan kedudukan yang enak dan jabatan yang tinggi jika engkau menyerah. Marilah kita berdamai saja. Maukah Cut Nyak Dien berdamai dengan saya ?" Cut Nyak Dien dengan muka yang manis dan penuh dengan senyum berkata kepada Letnan De Vrong, "Letnan, memang demikian itu baik. Kita harus berunding dengan kawan-kawan saya terlebih dahulu. Maka sebaiknya, kita juga sabar . . . ," katanya merajuk agar Letnan De Vrong lengah. "Syukurlah, apabila engkau akan menyerah. Ha . . . ha . . . Cut Nyak Dien tidak mengira bahwa engkau yang terkenal seperti harimau itu juga berhati lemah seperti kebanyakan wanita. Ha . . . ha . . . .ha," Letnan De Vrong tidak waspada, dalam keadaan gembira dan tertawa terbahak-bahak karena merasa dapat menangkap basah orang yang sangat ditakuti Belanda. Cut Nyak Dien waspada dengan secepat kilat ia merebut pistol yang dibawa oleh Letnan De Vrong, sambil berkata dengan marahnya: "God verdom zeg. Begitulah katamu terhadap bangsaku. Sebaliknya sekarang saya juga dapat mengucap God verdom zeg kepadamu Letnan. Saya tidak sudi menyerah kepadamu. Ayo angkat tangan! Kaukah yang membunuh suamiku? Selendang kuning yang bernoda darah suamiku ini selalu Selendang Kuning

33


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.