Selendang Kuning

Page 31

dalam pertemuan itu adalah Panglima Polem, Teuku Umar, Cut Mutiah, Cik Di Tiro, Teuku Mohamad Daud, Teuku Amir, dan lain-lain. Dalam pertemuan itu Cut Nyak Dien bertanya kepada Cut Mutiah, "Saudari Cut Mutiah, sampai di manakah tindakan Anda dalam mengadakan perlawanan dengan musuh ?" "Saudari Cut Nyak Dien, kita sudah mulai menyiapkan laskar wanita untuk membinasakan musuh dengan secara gerilya. Terutama yang kami perhatikan ialah menjaga agar para wanita Aceh tua dan muda jangan sampai memberikan atau menjual bahan makanan kepada musuh. Apabila ada orang yang ketahuan menjual bahan makanan kepada musuh, akan mendapat hukuman yang berat. Di samping itu, para wanita muda harus ikut bertempur melawan Belanda. Sebab peperangan ini sudah berkecamuk di seluruh Aceh. Orang Belanda kafir itu harus dihalau dari Aceh Raya ini," "Apakah wanita-wanita sadar bahwa mengusir penjajah itu juga menjadi kewajibannya?" tanya Cut Nyak Dien. "Bukan hanya sadar saja. Tetapi wanita Aceh sejak yang gadis maupun yang sudah dewasa, semangatnya berkobar-kobar untuk memerangi penjajah yang serakah itu. Mereka tidak mau ketinggalan dengan kaum pria. Semangat kepahlawanan itu, tidak hanya ada di tangan pria saja. Wanita pun mempunyai darah dan semangat pahlawan juga. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan sifat mau berkorban, mendahulukan kepentingan perjuangan daripada kepentingannya sendiri. Mereka mengetahui, apabila Aceh dapat dijajah oleh Belanda, hidup rakyat Aceh akan sengsara. Tidak dapat bergerak bebas dan sebagainya," jawab Cut Mitiah. "Apakah wanita Aceh juga sanggup berjuang sampai tujuan akhir yang kita cita-citakan tercapai ?" Selendang Kuning

29


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.