Media Indonesia

Page 17

E KONOMI | JUMAT, 30 DESEMBER 2011 | HALAMAN 17

EKONOMIKA Bank Indonesia Kaji Pembatasan Transaksi Tunai BANK Indonesia menyatakan masih akan mengkaji wacana yang digulirkan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) tentang pembatasan transaksi tunai Rp100 juta. Pembatasan tanpa kajian dikhawatirkan akan mengganggu roda perekonomian. Hal tersebut dicetuskan Deputi Gubernur BI Ronald Waas seusai pelantikannya di gedung Mahkamah Agung, kemarin. “Undangundangnya apa kita melarang orang untuk transaksi?” sergah deputi baru yang diproyeksikan akan membawahkan sistem pembayaran tersebut. Menurutnya, kajian mengenai efektivitas langkah tersebut untuk mengantisipasi tindak pidana pencucian uang dan perlu dilakukan. Sebab, jika salah langkah, justru kegiatan ekonomi bisa terganggu. “Jangan tahu-tahu nanti kegiatan ekonomi turun. Kita siap enggak dengan nontunai? Jadi dilihat,” tegasnya. Sebelumnya, PPATK menyampaikan saran pembatasan transaksi tunai Rp100 juta melihat kondisi pencucian uang saat ini yang banyak dilakukan lewat tunai. Demikian pula pada penyuapan dan korupsi. (GA/S-2)

PERLUASAN DERMAGA:

Aset Negara Rp1.338,7 Triliun Ditertibkan SAMPAI dengan 30 Juni 2011, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan berhasil menertibkan aset negara senilai Rp1.338,7 triliun melalui hasil inventarisasi dan penilaian terhadap barang milik negara (BMN). Dari jumlah tersebut, Rp49,56 triliun berupa persediaan, Rp1.265,09 triliun merupakan aset tetap, serta Rp24,05 triliun aset lainnya. Demikian diungkapkan Direktur Hukum dan Humas DJKN Purnama Sianturi melalui siaran pers, kemarin. Apabila dibandingkan dengan nilai BMN per 1 Januari 2011 yang sebesar Rp1.287,58 triliun, nilai BMN dalam waktu enam bulan pertama 2011 mengalami kenaikan sebesar Rp51,12 triliun atau 3,97%. “Sampai dengan 20 November 2011, sisa satker (satuan kerja) yang belum diinventarisasi dan dinilai pada K/L (kementerian/ lembaga) sebanyak 119 satker dari target 687 satker. Sebanyak 568 telah selesai, dan diharapkan selesai pada akhir 2011,” ungkap Purnama. DJKN juga bertanggung jawab atas pengelolaan aset. Dari target hasil pengelolaan aset sebesar Rp583,1 miliar pada APBN 2011 BJKN berhasil memperoleh Rp556 miliar hanya dalam semester I 2011. (ML/S-2)

RAJA Masuk ke Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi PERUSAHAAN penyaluran gas PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) bakal melebarkan lini bisnis ke industri hulu minyak dan gas bumi. Perseroan mengincar pengoperasian tiga sumur lapangan migas di Pulau Jawa pada 2012 dengan format proyek berupa kerja sama operasi (KSO) migas dengan Pertamina. Direktur Operasional RAJA Priyo Saryanto Brodjonegoro mengatakan perseroan mengincar lapangan migas yang telah masuk tahap eksploitasi. Mekanisme akuisisi lapangan migas tersebut melalui tender dan pihaknya menargetkan Februari tahun depan sudah dapat diumumkan. Jika terealisasi, pihaknya akan mengebor hingga tiga sumur pada 2012. “Tahap pertama akan dimulai dengan sumur dangkal sekitar 300 meter dengan investasi 300 ribu-400 ribu per sumur,” lanjut Priyo dalam paparan publik, di Jakarta, kemarin. Sedikitnya satu sumur telah memulai produksi pada akhir 2012. Di sisi lain, sumur dangkal sisanya akan dibor pada 2013 sekaligus akan memulai sumur deep sedalam 2.300 meter dengan kebutuhan dana hingga US$2,5 juta. (WR/S-2)

ANTARA/IGGOY EL FITRA

Sejumlah kapal bersandar di kawasan Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatra Barat, beberapa waktu lalu. PT Pelindo II akan menambah dua dermaga tongkang dan dermaga jetty untuk curah kering, serta terminal batu bara. Proyek itu ditargetkan rampung tahun depan.

Ruang Penurunan Suku Bunga Besar BI memperkirakan tidak perlu menunggu waktu lama sampai suku bunga kredit bisa sesuai keinginan Kadin, yakni pada 8%. GAYATRI SUROYO

B

ANK Indonesia (BI) be lum bisa memastikan untuk kembali memangkas suku bunga acuan atau BI rate walaupun in asi diperkirakan rendah tahun depan. Meski demikian, su ku bunga pinjaman masih bisa didorong ke tingkat yang diinginkan dunia usaha. Gubernur BI Darmin Nasution menjelaskan, tahun depan prediksi inflasi masih pada kisaran rendah dalam rentang 3,5%-5,5%. “Itu sudah termasuk kenaikan tarif (dasar listrik), belum termasuk pembatasan BBM (bahan bakar minyak) subsidi. Kalau itu dijalankan, perhitungan in asi akan bertambah sekitar 0,7%0,8%, sehingga in asi tahunannya akan berkisar di 5,2%-5,3%,” jelasnya seusai pelantikan Mu-

liaman D Hadad dan Ronald Waas sebagai Deputi Gubernur BI, di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, kemarin. Darmin menyatakan belum melihat ruang untuk memangkas BI rate kembali yang saat ini berada di 6%. Namun, secara terpisah, Deputi Gubernur BI bidang Pengawasan Perbankan dan Pengelolaan Moneter Halim Alamsyah mengatakan kondisi sekarang kondusif untuk mendorong suku bunga pinjaman turun, meskipun BI rate tidak turun. Kondisi yang dimaksud Halim merupakan inflasi yang ren dah, persepsi risiko yang turun, dan e siensi perbankan. Premi risiko terus turun bersama kenaikan peringkat utang Indonesia menjadi investment grade. Adapun efisiensi perbankan tengah digalakkan BI dengan memantau rencana bisnis bank (RBB) 2012.

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mengeluhkan masih tingginya suku bunga kredit. Idealnya dunia usaha bisa meminjam dana dari perbankan dengan bunga 8%, bukan 14%-15% seperti saat ini (Media Indonesia, 29/12). Halim memperkirakan, tidak perlu menunggu waktu lama sampai suku bunga kredit bisa sesuai keinginan Kadin, yakni 8%. “Kalau in asi tahun depan bisa dijaga, bisa lebih rendah (bunganya). Kapan turunnya, kita lihat saja,” paparnya. Tidak mau disalahkan Ditemui di acara yang sama, industri perbankan mengaku sudah memberi kredit satu digit, pada kisaran 8%-9% pada korporasi besar. Kredit untuk sektor lain lebih tinggi karena alasan-alasan tertentu yang tidak sepenuhnya merupakan

salah industri perbankan. “Bisa saja di sektor riil, bisa saja dari kebijakan pemerintah yang membuat premi risiko tinggi,” ungkap Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono. Kebijakan yang dianggap Sigit meninggikan premi risiko antara lain kebijakan ketenagakerjaan dan kebijakan perpajakan. Namun, Sigit tidak menjelaskan hal spesi k dari kedua kebijakan itu yang menyebabkan premi risiko tinggi. Adapun Dirut BTN Iqbal Latanro mengklaim temuan di lapangan menunjukkan, suku bunga bukan kekhawatiran pengusaha. Bagi mereka, yang terpenting kecepatan pengambilan keputusan kredit dan pelayanan. (E-1) gayatri@mediaindonesia.com

CATATAN AKHIR TAHUN

Saatnya Investor Lokal Jadi Tuan di Rumah Sendiri IBARAT batu karang, pasar modal Indonesia kukuh di tengah tekanan gelombang tsunami krisis keuangan Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) tahun ini. Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) periode Januari-Desember mencatatkan pertumbuhan di atas 2%. Meski pertumbuhannya sangat kecil, kinerja positif tersebut patut disyukuri. Pasalnya, sejumlah bursa regional mengalami pertumbuhan negatif. Bahkan sejumlah bursa berkinerja negatif hingga dua digit, se perti bursa India (Bombay Stock Exchange/BSE) -17,51%, bursa China (Shanghai Stock Exchange/SSE) -16,93%, dan bursa Hong Kong (Hong Kong Exchange/HKeX) -16,47%. Penyebabnya ialah krisis utang Eropa yang dimulai dari Yunani kemudian menyebar ke Italia, Spanyol, dan Belgia. Krisis utang tersebut belum mereda karena kini mulai menjalar ke

perbankan Prancis serta seluruh kawasan Uni Eropa. Selain itu, perlambatan ekonomi AS turut menaikkan sentimen negatif di lantai bursa. Media Indonesia mencatat dua hal penting dari pergerakan sa ham Indonesia sepanjang tahun ini untuk mengantisipasi dampak krisis Eropa dan ekonomi global pada tahun depan. Pertama, pasar modal di Indonesia masih bergantung pada investor asing. Berdasarkan la poran tahunan Bursa Efek In donesia (BEI), kepemilikan asing dalam pasar modal masih sekitar 60%, sisanya dimiliki investor lokal. Tingginya porsi kepemilikan asing atas saham hingga saat ini seperti bom waktu yang siap meledakkan lantai bursa yang telah terbangun sejak 1912. Masih hangat di kepala kita, pasar modal Indonesia terguncang pada Oktober lalu. Krisis utang Eropa yang belum dike-

tahui penyelesaiannya turut memukul harga saham Indonesia ke titik nadir 3.269,451 dari posisi awal tahun berada di level 3.703,51. IHSG terpuruk ke titik terendah karena investor asing panik krisis utang Eropa menyebar ke Asia. Mereka menjual

aset saham kemudian mengonversinya dalam mata uang dolar sebagai safe heaven. Beruntung, fundamental perekonomian nasional bagus sehingga IHSG mampu keluar dari wilayah negatif. Seharusnya, kontribusi in-

vestor lokal yang masih kecil dapat diartikan peluang yang cukup besar bagi anggota bursa untuk menggarap investor domestik seiring dengan naiknya pendapatan per kapita. Apalagi kapitalisasi pasar (market cap) Indonesia masih kecil jika diban-

dingkan dengan negara tetangga (lihat gra k). Tantangan kedua ialah Indonesia yang naik peringkat menjadi investment grade. Penaikan peringkat yang diberikan Fitch Ratings lebih cepat ketimbang perkiraan banyak pihak pada 2012. Sebelum bergembira peringkat itu akan membuat penanaman modal asing yang menggerakkan sektor riil benar-benar terjadi, Indonesia harus memiliki tameng untuk menerima arus modal (capital in ow) asing de ngan menciptakan suatu instrumen keuangan yang bisa menyerap dana-dana tersebut. Misalnya SUN berjumlah besar yang bisa membiayai proyekproyek infrastruktur dalam negeri. Tujuannya agar arus modal tidak mengalir ke lembar saham. Biarlah investor lokal masuk dan menjadi penopang pertumbuhan bursa dalam negeri. (Daniel Wesly Rudolf/E-4)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.