"Kedai Merahh: Kumpulan Karangan"

Page 92

bidangku. Aku berada dalam gereja itu untuk memotreti sakramen pernikahan kedua sahabatku yang menjadi mempelai. Bukan atas permintaan tetapi atas niat. Sebuah kejutan kecil karena mereka tahu aku khusus datang dari luar kota, sejauh 300-an kilometer. Mereka mengira aku hanya datang ke resepsi – itu pun kalau aku bisa datang. Gereja yang ini sebenarnya tak asing bagiku. Aku mengenal beberapa gembalanya. Beberapa bekas aktivis Mudika2)-nya pun aku kenal. Aku pernah kuliah dan bekerja di sini. Maka setelah acara usai, dan aku tak menyusul mempelai ke rumah pihak perempuan karena nanti sore pasti berjumpa lagi di gedung resepsi, aku ngobrol dengan beberapa orang. Romo Astono, yang aku kenal likuran tahun sehingga sampai sekarang aku memanggilnya sebagai Mas Romo, hanya tersenyum ketika aku tanya kenapa anak sekarang berangkat misa dengan pakaian yang aneh. Ya, dia tersenyum karena kenal aku. Perbedaan gereja bukan masalah. Jangankan soal aliran, aku tahu pastor Jawa alumnus Universitas Santo Thomas Aquinas, Roma, ini berkawan lintas-agama. Minggu depan dia berdiskusi dengan beberapa anak muda Islam di Yogyakarta. “Saya tahu, njenengan itu selalu berpakaian santai, kadang cuma bersandal dan bercelana pendek. Tapi saya

2)   Muda-mudi Katolik. Nama wadah kepemudaan di setiap paroki.

82

Antyo Rentjoko


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.