"Kedai Merahh: Kumpulan Karangan"

Page 172

menjadi bahan tertawaan. Kalau sudah begini kadang aku ingin punya senapan mesin, memberondongkan peluru panas dan tajam ke tubuh perempuan-perempuan sialan itu. Perempuan-perempuan terkutuk itu, tak hanya sebatas mereka yang namanya sudah aku sebutkan – pengecualian berlaku untuk Happy dan Ambar. Tapi, tentu, aku takkan menembuskan pelor ke tubuh Abang karena aku membutuhkannya. Lagian terlalu enak bagi Abang kalau dia mati duluan, lantas di neraka reuni sama perempuan-perempuan gatal yang kepanasan dan kegerahan lalu buka baju itu. Apa lagi yang bisa kukatakan, karena aku sudah blakblakan? Izinkan aku mengambil napas panjang dulu, minum seteguk air putih – ini juga meniru cara Abang. Uh lumayan lega, nggak sesak napas lagi. Aku mulai tenang. Kubuka jendela saja, supaya angin malam menyusup. Sejuk. Menyegarkan. Keringat di kulit kepala dan tengkuk mulai terembus. Tiba-tiba aku pengin ngerokok, meniru the ganjens yang gatal itu ketika pada menenangkan diri. Tapi sudah terlalu malam. Masa ke Circle K seberang rumah cuma pakai daster dan kardigan, lantas lampu mobil akan menembus dasterku dan payudaraku yang nobra? Uh, enak aja! Emang aku perempuan ganjen gatal murahan kayak mereka? Lagian aku kan bukan perokok. Hanya karena kebaikan

162

Antyo Rentjoko


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.