Tim Riset 2 RND HIMA ESP FE UNPAD

Page 1

Riset Kedua Divisi Research and Development Goldman Sachs : Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, dan Turkey (MIST) Menggeser Brazil, Russia, China, dan Afrika Selatan (BRICS) Dalam Perspektif Indonesia

Divisi Research and Development HIMA ESP FE Unpad Universitas Padjadjaran Bandung 2012


Abstrak Artikel ini kami buat untuk melihat dan mengkritisi isu ekonomi baru yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat yaitu munculnya sekelompok negara baru tujuan investasi yang diprediksi oleh sebuah perusahaan pengelola dana investasi global, Goldman Sachs Assets Management, akan menjadi sebuah kekuatan ekonomi baru dunia di saat banyak negara sedang tertatih melawan gejolak krisis dan pascakrisis. Salah satu negara dalam kelompok negara yang diprediksi menjadi kekuatan baru ekonomi dunia tersebut adalah Indonesia. Ya Indonesia, negara kita ini memang sedang menjadi salah satu pusat perhatian dunia ekonomi global. Ketahanan ekonomi dalam negeri Indonesia dalam mengahdapi krisis global sangat menakjubkan. Semula para ekonom memprediksi Indonesia akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, tapi nyatanya Indonesia dapat bertahan dari krisis tersebut dan mempertahankan pertumbuhan ekonominya yang masih positif. Artikel ini juag akan coba membahas faktor-faktor yang menyebabkan Indonesia dapat bertahan dari krisis global dan apakah kondisi Indonesia kini memang sangat baik dan pantas disejajarkan dengan negara sekelas Korea Selatan atau isu ini hanya dijadikan sebagai alat pencari keuntungan dari Goldman Sachs sendiri yang pada akhirnya jika dirasa sudah tidak menguntungkan lagi Indonesia akan ditinggalkan begitu saja. 1. Pendahuluan (Introduction) Setelah sukses memperkenalkan akronim BRIC (Brazil, Rusia, India, China, atau BRICS ditambah denganAfrika Selatan), sejak tahun 2001 lalu, Jim O’Neill, pimpinan Goldman Sachs Asset Management, sebuah perusahaan yang mengelola dana investasi global yang berkantor di New York, Amerika Serikat, kini memperkenalkan akronim baru, yaitu MIST (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki). MIST adalah negara-negara yang tergolong pada empat pasar terbesar dalam Goldman Sachs Next 11 Equity Fund. MIST menyumbang sekitar 73 persen dari PDB N-11 tahun lalu. Selain MIST, kelompok N-11 meliputi Bangladesh, Mesir, Nigeria, Pakistan, Filipina, Vietnam dan Iran. Untuk Iran, Goldman Sachs tidak menginvestasikan dananya ke negeri Persia tersebut, karena pasarnya tidak terbuka bagi investor asing. Pada Februari 2011, Goldman Sachs membuka investasi ke 10 negara (N-11 minus Iran), yang dianggap O’Neill sebagai pasar berkembang yang paling pesat untuk masa berikutnya. Disebutkan, bahwa dana investasi Goldman Sachs untuk negara-negara MIST naik 12 persen dalam setahun terakhir, yang berarti telah menggeser dana untuk BRIC, yang cuma naik sebesar 1,5 persen. Perekonomian negara-negara MIST tumbuh 2 kali lipat lebih besar dari 10 tahun lalu, dan melampaui perekonomian Jerman pada 2011. Dalam dua tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Meksiko telah melampaui perekonomian terbesar di Amerika Latin, yaitu Brazil. Sementara itu, belanja domestik dan investasi Indonesia telah mendongkrak perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Indonesia tumbuh hingga 6,37% pada kuartal kedua tahun ini, sekaligus mengejutkan para ekonom yang sebelumnya telah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat. Bahkan seorang broker di AS, Paul Christopher menyarankan investor untuk menjual saham di negara-negara BRIC pada paruh pertama tahun ini, dan merekomendasikan untuk membeli saham di Indonesia. Alasannya, pertumbuhan ekonomi terbesar ke-16 di dunia ini telah melampaui angka 6 persen yang dinilainya kian menarik di mata para investor dunia.


“Anda telah melihat rotasi dalam kepemimpinan berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi,� kata Paul Christopher, ahli strategi yang berbasis di Wells Fargo Advisors, broker ketiga terbesar di AS, dengan $ 1,2 triliun aset klien. Rencana pemerintah dalam membangun infrastruktur, seperti rel kereta api, bandara dan pelabuhan, pembangkit listrik, serta sarana air bersih, antara lain melalui dana APBN sebesar hampir Rp 200 triliun, dan dana BUMN sekitar Rp 900 triliun dianggap dapat melawan perlambatan permintaan Eropa untuk komoditas ekspor. Selain Indonesia, Christopher juga merekomendasikan untuk membeli saham di Korea Selatan, yang menurutnya akan mendapatkan keuntungan dari ekspor yang meningkat akibat pengeluaran domestik China yang naik. Fitch Ratings dan Moody Investors Service juga telah menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi investment grade dalam delapan bulan terakhir. Fitch meningkatkan peringkat Indonesia ke levelBBB pada bulan Desember, sedangkan Moody memberikan peringkat Baa3 pada bulan Januari yang lalu. Meski begitu, dalam hal populasi dan PDB, jelas MIST masih kalah jauh untuk mendekati BRIC. Total populasi negara-negara MIST kurang dari 500 juta jiwa, dibandingkan dengan total penduduk di negara-negara BRIC yang mencapai hampir 2,9 miliar jiwa. Sementara itu, total PDB MIST tahun lalu adalah US$ 3.900 miliar, atau kurang dari sepertiga dari total PDB BRIC, sebesar US$ 13.500 miliar, atau 7.300 miliar dollar AS untuk PDB Cina saja. Di sisi lain ekuitas dana investasi di negara-negara MIST masih dianggap belum kebal dari kekhawatiran atas perkembangan global. Para investor menambahkan dana US$ 104 juta pada Turki dan US$ 123 juta dana untuk Indonesia per 1 Agustus tahun ini. Sementara itu, pada tahun yang sama mereka pun menarik US$ 1,33 miliar dari Korea Selatan dan US$ 115 juta dari Meksiko. Karena hal itu, O’Neill memprediksi, negara-negara BRIC akan tumbuh rata-rata sekitar 6,5 persen per tahun hingga tahun 2020, dibandingkan dengan pertumbuhan yang hanya mencapai 5,5 persen untuk kelompok-N 11. Inilah, alasan penting mengapa dia menolak hingga 3 kali atas permintaan para investor untuk memfokuskan dananya hanya pada MIST. 2. Rumusan Masalah (Statement of Problem) Berangkat dari sebuah kenyataan yang dirasakan oleh kami sebagai penulis, keadaan investasi Indonesia yang dinilai baik oleh investor global melalui perusahaan pengelola aset investasinya kurang dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia sendiri secara nyata. Masyarakat Indonesia kebanyakan hanya acuh mendengar pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menyentuh angka di atas 6 % padahal hal ini sangat fantastis saat keadaan perekonomian dunia yang sedang terpuruk. Masyarakat mungkin lebih senang dengan kestabilan harga secara umum dan terbukanya lapangan kerja baru di sektor formal. Walaupun investasi atau capital inflow memang ditujukan untuk pendanaan sebuah perusahaan atau unit ekonomi dalam mengembangkan usahanya tapi seiring berkembangnya zaman, fungsi tersebut menjadi bias. Banyak pihak yang masuk ke dalam pasar keuangan bukan dengan tujuan menjadi investor melainkan menjadi seorang trader dengan tujuan mendapatkan untung dari capital gainyang didapatnya dari selisih harga jual dan beli. Hal ini


menyebabkan besarnya transaksi di pasar keuangan tidak menetes ke sektor riil. Perusahaan yang memiliki kebutuhan untuk ekspansi kesulitan mencari dana, lapangan kerja baru tidak tumbuh, penyerapan tenaga kerja stagnan, dan sektor riil kurang berkembang di saat sektor keuangan sangat kuat. Sungguhkeadaan yang sangat miris. Bagaimana dengan keadaan Indonesia? Artikel ini coba menjelaskan posisi Indonesia saat ini. 3. Tujuan Penulisan (Objectives of Study) Ada beberapa tujuan kami menulis artikel research yang berjudul “Goldman Sachs : Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, dan Turkey (MIST) Menggeser Brazil, Russia, China, dan Afrika Selatan (BRICS) Dalam Perspektif Indonesia�. Tujuan pertama penulis menulis artikel ini adalah sebagai salah satu bentuk kritis penulis terhadap isu-isu ekonomi global yang menyangkut perekonomian nasional. Tujuan kedua kami menulis artikel ini adalah agar kami mempunyai pengalaman menulis sebuah karya tulis ilmiah dengan harapan setelah ini kami bisa lebih menghargai karya tulis ilmiah hasil orang lain dan menghindari plagiarisme. Tujuan terakhir penulis menulis artikel ini adalah untuk memberikan kontribusi pengetahuan secara nyata kepada teman-teman mahasiswa khususnya dan masyarakat umum pada umumnya sebagai pengamalan Tridharma Perguruan Tinggi. 4. Teknik Statistik, Metodologi, Populasi dan Sampel, Metode dan Analisis Teknik pengumpulan data yang kami lakukan adalah studi pustaka dan teknik web browsing yang digunakan untuk melengkapi literatur kami dalam penulisan artikel ini. Serta pengembangan data dan interpretasi tabel yang kami dapatkan sebelumnya. 5. Temuan 5.1 Latar Belakang MIST menggeser BRICS Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, beberapa negara berkembang dan maju di dunia seperti Brazil, Rusia, China, India, Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, dan Turki berusaha dengan keras membenahi seluruh sendi-sendi perekonomian negaranya masing-masing. Beberapa tahun kemudian hasilnya mulai terlihat, pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut tumbuh dengan pesat, pendapatan per kapita masing-masing individu di negara tersebut meningkat, dan investasi baik dari dalam maupun luar negeri terus membanjiri negara-negara tersebut. Pada tahun 2001, Goldman Sachs mempopulerkan sebuah akronim yang menyita perhatian dunia (terutama bagi dunia ekonomi dan bisnis), akronim tersebut adalah “BRICS�, singkatan dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Negara-negara tersebut diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi baru pada tahun 2020 dan akan mendominasi perekonomian dunia pada tahun 2050 nanti. Prediksi ini diyakini oleh hampir seluruh ekonom dan pebisnis di seluruh dunia, perekonomian negara-negara tersebut tumbuh dengan meyakinkan, dipimpin oleh Cina yang ekonominya tumbuh mencapai 10 persen per tahun. Tahun 2008 pun datang, dimulai dari kredit macet perumahan di Amerika Serikat, krisis keuangan pun menjalar ke seluruh dunia. Negara-negara maju di Amerika Utara, Uni Eropa, dan Asia Timur tidak kuasa menahan impact krisis keuangan ini, pertumbuhan ekonomi


negara mereka tumbuh di bawah 0 persen, dan negara-negara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand pun tidak mampu mempertahankan nilai ekspor mereka di tahun-tahun sebelumnya. Di saat banyak negara yang berkutat dengan krisis, munculah beberapa negara yang mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya dengan nilai positif, negara-negara itu adalah Brazil, Rusia, China ,India, Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, dan Turki. Seluruh negara BRICS mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi mereka, dan hal ini membuat masyarakat dunia makin mempercayai prediksi yang dibuat oleh Goldman Sachs pada tahun 2001 lalu bahwa BRICS akan menjadi kekuatan ekonomi dunia baru. Namun perhatian masyarakat dunia sekarang tidak hanya tertuju pada BRICS, tapi juga tertuju pada Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, dan Turki yang berhasil pula mempertahankan pertumbuhan ekonominya. Saat seluruh negara-negara di dunia belum selesai melakukan pemulihan terhadap kondisi perekonomiannya yang terguncang akibat krisis keuangan 2008, tiba-tiba arus krisis keuangan global kembali terjadi yang diakibatkan oleh sebuah negara kecil di Eropa, yaitu Yunani. Negara ini gagal memenuhi kewajibannya untuk membayar hutang, dan tinggal selangkah lagi dinyatakan sebagai negara yang default atau bangkrut. Akibatnya nilai mata uang Euro sebagai mata uang tunggal di Uni Eropa turun ke tingkat terendahnya. Hal ini menghasilkan efek domino, hampir seluruh negara-negara di dunia kembali terguncang ekonominya, bahkan BRICS pun tak dapat menahan gelombang krisis kali ini, pertumbuhan ekonomi mereka turun, China tumbuh hanya 7-8 persen, dan ekonomi India pun hanya tumbuh sebesar 5 persen. Di saat ekonomi negara-negara lain kembali terseok-seok karena krisis zona Euro, perekonomian Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, dan Turki tetap tumbuh dengan gagahnya, bahkan pertumbuhannya semakin tinggi dan pesat, jauh meninggalkan pertumbuhan ekonomi negara lain, termasuk BRICS sekalipun. Mata dunia berpaling ke 4 negara ini, Goldman Sachs kembali membuat akronim yang menarik perhatian kalangan bisnis di seluruh dunia, akronim tersebut adalah MIST (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, dan Turki). Dengan populasi penduduk yang “lumayan� banyak, keadaan fiskal dan moneter yang relatif stabil, dana investasi yang terus mengalir, konsumsi penduduk yang tinggi, dan kalangan menengah yang terus tumbuh, saat ini negara-negara MIST bersama dengan BRICS menjadi penopang pertumbuhan ekonomi dunia, oleh karena itu tak heran jika banyak yang percaya bahwa MIST akan menggeser posisi BRICS di kancah perekonomian dunia. 5.2 Beberapa Alasan MIST Diprediksi Dapat Menggantikan BRICS 5.2.1 Kondisi Politik Negara-Negara BRICS dan MIST BRICS : 1. Brazil Setelah lepas dari penjajahan Portugis, Brazil mengganti sistem pemerintahannya dari sistem pemerintahan Monarki menjadi sistem pemerintahan Republik. Kepala pemerintahannya


dipegang oleh seorang presiden dengan masa jabatan 4 tahun selama satu periode. Sebagai lembaga legistatif dalam pemerintahan, Brazil memiliki sebuah parlemen. Parlemen di Brazil, berfungsi sebagai pengontrol kinerja pemerintah serta sebagai perwakilan rakyat Brazil dalam pemerintahan. Brazil memiliki Kongres Nasional yang dibedakan menjadi 2, biasa dikenal dengan istilah BIKAMERAL atau parlemen dua kamar, yang terdiri dari Senat Federal dengan 81 kursi dan Camara dos Deputados dengan 513 kursi. Masa jabatan anggota Senat Federal dan Camara dos Deputados berbeda-beda. Pada tahun 2011 yang lalu Brazil baru saja melantik Presiden terpilih barunya yaitu Dilma Rousseff. Rousseff mendapatkan tugas berat melanjutkan kinerja presiden sebelumnya yaitu Luiz Inacio Lula da Silva. Janda berusia 63 tahun ini sebelumnya menjabat sebagai kepala kabinet pemerintahan Presiden Lula. Keraguan terhadap kemampuan dan sosok Rousseff inilah yang mungkin menurunkan peringkat Brazil di mata investor. Alasan lainnya mungkin disebabkan oleh fakta sejarah yang memperlihatkan Rousseff adalah presiden wanita pertama di Brazil. (Sumber : http://carapedia.com/Sistem_Pemerintahan_Brazil_info171.html) 2. Rusia Pada 4 Maret 2012 yang lalu, Rusia telah selesai mengadakan Pemilu untuk memilih siapakah presiden baru di Rusia. Pemilu ini dibantu oleh USAID dengan membiayai 60% total dana untuk kegiatan promosi demokrasi dan penciptaan masyarakat madani di Rusia. Namun, menurut pihak pemerintah Rusia, USAID menggunakan dana tersebut untuk mengintervensi Pemilu Rusia. Tapi klaim ini dibantah oleh pihak AS, pihak AS mengatidakan Rusia ingin USAID meninggalkan Rusia karena dianggap menganggu kesuksesan Presiden Rusia terpilih, Vladimir Putin. Putin sendiri terpilih menjadi Presiden Rusia untuk ketiga kalinya setelah pada tahun 2000 2008 Putin menduduki kursi Presiden selama 2 periode berturut-turut. Sedangkan selama periode tahun 2008 – 2012, Putin menduduki kursi Perdana Menteri berdampingan dengan Presiden Dmitri Medvedev. Kemenangan Putin ini dinilai tidak jauh berbeda dengan kondisi politik di Indonesia pada zaman Orde Baru oleh para pengamat. Istilahnya Pemilu belum dimulai tapi Presiden terpilih sudah dapat ditentukan. Partai United Rusia (partai dari Putin) dapat mengalahkan 4 partai lainnya yaitu Partai Komunis, Partai Demokrat Liberal, Partai Demokrat, dan Partai Yabloko dengan perolehan suara yang cukup telak yaitu 60% suara. Putin menyingkirkan 4 kandidat presiden lainnya yaitu Gennady Zyuganov, Mikhail Prokhorov, Vladimir Zhirinovksy, dan Sergei Mironov. Kemenangan Putin untuk ketiga kalinya ini mungkin dapat menjadi salah satu alasan mengapa Rusia dinilai tidak sekredibel saat BRICS sedang berjaya di mata investor. Seperti diketahui, Putin adalah salah satu orang yang sangat dibenci oleh para politikus dan pemerintah di AS. Di bawah pemerintahan Putin Rusia bagaikan menjadi seekor macan yang terbangun dari tidurnya. Rusia menjadi sangat powerful dan berani menjadi pihak kontra untuk usulan kebijakan pihak AS di panggung PBB. 3. India Partai Kongres Trinamool India menuntut pemerintah India membatalkan pemberian izin pada jaringan supermarket asing atau mereka akan mundur dari pemerintahan. Secara terpisah, partai-partai oposisi India telah menyerukan mogok kerja nasional untuk memprotes keputusan yang dikhawatirkan akan membuat bangkrut toko-toko kecil. Delhi mengatidakan masuknya jaringan supermarket asing sangat penting untuk menghidupkan kembali


perekonomian. Tahun lalu, pemerintah juga dipaksa membatalkan rencana serupa menyusul protes besar. Mamata Banerjee, pemimpin partai Kongres Trinamool dan menteri kepala negara bagian Bengal Barat, memberikan Delhi waktu selama 72 jam untuk membatalkan kebijakan tersebut dan memperingatkan bahwa dia akan mundur dari pemerintahan. Laporanlaporan media setempat mengatidakan para menteri federal yang berasal dari partai akan mengumumkan pengunduran diri mereka, tetapi Banerjee kemungkinan akan terus mendukung pemerintah. Banerjee mengatidakan partainya harus mengambil "keputusan berat" jika pemerintah federal tidak membatalkan keputusan mereka untuk membuka sektor ritel. Di bawah proposal pemerintah, perusahaan-perusahaan global seperti Walmart dan Tesco dapat memiliki 51% saham di ritel multibrand. Ritel multinasional telah memiliki sejumlah outlet di India, tetapi mereka berbisnis dengan ritel-ritel yang lebih kecil. Keputusan ini membuat mereka dapat menjual langsung ke konsumen. Perdana Menteri India Manmohan Singh –sebagaimana dilansir kantor berita Brisith Boradcasting Corporation, Senin (17/09), telah mengatidakan bahwa reformasi "akan membantu memperkuat proses pertumbuhan kita dan menyerap tenaga kerja di saat yang sulit ini." Dilema antara pemberian izin investasi asing atau melindungi pelaku usaha kecil dalam negeri dan suasana politik yang memanas di India ini mungkin menjadi alasan mengapa Goldman Sachs memberikan indikasi penurunan investasi di India. Ketidakstabilan politik menjadi sentimen negatif terhadap arus investasi ke dalam negeri. Tambahan : Sebuah catatan menarik, adalah terkait dengan masalah politik yang disampaikan oleh O’Neill. Dengan mencontoh India, ia mengatakan pelambatan ekonomi menjadi 5,3 persen di negara berpenduduk kedua terbesar di dunia itu terkait dengan masalah kepemimpinan politik. Menurut O’Neill, India tidak mempunyai kepemimpinan yang efektif, sehingga S & P memperingatkan akan menurunkan peringkat negara itu, kecuali hambatan pengambilan keputusan politik dapat diatasi. Insiden lain yang terjadi di India berkenaan dengan kepastian investasi adalah sebuah kejadian padamnya listrik secara masal yang menimpa 640 juta orang di India pada tanggal 31 Juli, atau sehari setelah pemadaman listrik yang menimpa 360 juta orang lainnya di tempat yang terpisah. 4. Cina Keadaan Partai komunis Cina sedang mengalami ketidakstabilan. Partai komunis yang sudah memerintah Cina selama 62 tahun ini mencapai situasi kritis, tetapi masyarakatnya sendiri tampaknya tidak terganggu dan orang-orang masih berjalan dalam kehidupan mereka. Selain itu, "Insiden Chongqing" yaitu insiden di daerah Chongqing yang melibatkan pemimpin setara walikota di Cina, Bo Xilai dengan orang kepercayaa serta istrinya yang Wang Jihun dan Gu Kailai, juga berakibat pada ketidakstabilan politik di Cina, pertempuran pembagian kekuasaan di sekitar Kongres Partai ke-18 telah berubah sangat panas. Ada rumor dari upaya pembunuhan terhadap Xi Jinping, calon kepala Partai. Selain itu ada perselisihan teritorial, konflik sosial yang meningkat, dan konfrontasi serius dan ketidakpercayaan antara masyarakat dan pemerintah. Beberapa khawatir bahwa jika PKC runtuh hal itu akan menyebabkan kerusuhan besarbesaran. Tapi dalam pandangan situasi Cina saat ini, saya percaya bahwa tidak akan terjadi. Ada tiga alasan utama:


•

Satu, ketidakstabilan Cina berasal dari masalah internal PKC sendiri dan bermanifestasi sebagai perjuangan internal PKC, bukan berasal dari faktor luar.

•

Dua, orang-orang Cina sendiri tidak pernah membuat langkah destabilisasi tunggal. PKC telah kehilangan dukungan rakyat sejak korup, sifat diktator telah benar-benar terkena, dan telah terjadi oposisi luas rakyat. Ini adalah krisis terbesar PKC menghadapi dalam 60 tahun.

•

Tiga, karena publikasi dari Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis pada tahun 2004, sebuah rangkaian editorial oleh The Epoch Times, telah menyebabkan terjadinya gelombang warga Cina yang mundur dari PKC. Ini telah membuka jalan untuk membubarkan PKC secara damai, dan telah menciptidakan transisi menuju masyarakat yang damai dan demokratis. Ketika orang-orang Cina meninggalkan PKC dari hati mereka, periode damai tanpa PKC akan tiba.

Perkembangan setelah terbitnya Sembilan Komentar tersebut menunjukkan bahwa bahkan sebuah kediktatoran yang tampaknya tidak kenal tidakut dan perkasa seperti PKC bisa menjadi tidak berdaya dalam menghadapi gerakan mundur damai. PKC bahkan tidak menanggapi satu katapun terkait publikasi Sembilan Komentar tersebut. Apakah itu berarti PKC tidak ingin membantah tuduhan di dalamnya? Jelas tidak, karena tidak ada yang dapat dikatidakan ketika dihadapkan dengan fakta-fakta 60-tahun kekuasaan terornya. Kemunduran dan pergolakan politik di Cina ini juga mungkin menjadi alasan mengapa Goldman Sachs menurunkan grade investasinya di Cina. (Sumber : http://www.erabaru.net/top-news/36-news1/31585-ketidakstabilan-rezim-otoriterCina)

MIST 1. Meksiko Kondisi perpolitikan, ekonomi, sosial, dan budaya di Meksiko maupun negara-negara Amerika Tengah lainnya pada saat ini tidak lepas dari adanya sejarah panjang yang dialaminya dengan pergesekan berbagai bidang tersebut. Harris dan Needler (2005) memaparkan sejarah panjang Meksiko dalam karyanya Mexico: A Revolution Laid to Rest? sejak masa sebelum kedatangan bangsa Spanyol ke wilayah Amerika Tengah hingga pada masa awal abad ke-21. Dalam sejarah panjang tersebut dapat terlihat banyak sekali faktor pembentuk kondisi kontemporer di Meksiko. Selama masa yang panjang tersebut banyak sekali tokoh-tokoh nasional bermunculan yang kemudian berperan dalam menciptidakan sejarah. Namun tidak semuanya dianggap sebagai pahlawan dan diingat sepanjang masa. Masyarakat Meksiko tidak menganggap semua tokoh penting tersebut berjasa dalam menciptidakan kesejahteraan bagi rakyat. Hanya beberapa diantaranya yang bahkan hingga saat ini dibuatkan monumen khusus untuk mengenangnya, salah satunya adalah Benito Juarez. Sebelum bangsa Spanyol datang ke wilayah Amerika Tengah, masyarakat lokal yaitu orang Indian telah membangun peradaban di kota-kota, di mana hal tersebut juga dipengaruhi oleh kedatangan orang-orang Aztec ke wilayah tersebut pada abad ke-13 (Harris&Needler, 2005:281). Dalam jangka waktu yang cukup lama mereka membangun peradaban hingga


muncullah kota-kota yang pada masa tersebut termasuk kota besar dan maju di dunia, seperti Teotihuacan dan Tula. Moctezuma II menjadi pimpinan ibukota Aztec, Tenochtitlan, salah satu kota terbesar pada awal abad ke-16 dengan populasi yang mencapai 200.000 jiwa. Hingga kemudian bangsa Spanyol datang dengan pasukan yang dipimpin oleh Hernan Cortes, tanpa bisa dihalangi oleh Moctezuma II. Cortes mengacaubalaukan situasi politik dan sosial di Aztec bahkan ia memenjarakan Moctezuma II dan menguasai seluruh wilayah lembah Meksiko. Tidak hanya itu, kedatangan orang-orang Spanyol ini turut membawa berbagai penyakit mulai dari pes, cacar, tipus, dan lain sebagainya. Penyakit-penyakit pada masa itu belum ada obatnya, sehingga menyebabkan kematian yang mencapai dua pertiga jumlah masyarakat lokal. Dengan kekuasaan yang dimilikinya, Cortes dan orang-orang Spanyol lainnya segera memperkaya diri dengan memanfaatkan encomiendas–bahan tambang–dan mempekerjakan orang-orang Indian. Sejak tahun-tahun awal kolonialisme Spanyol sudah mengeksploitasi habis-habisan baik sumber daya alam maupun manusia yang ada di lembah Meksiko (Harris&Needler, 2005:283). Pendidikan menjadi suatu yang istimewa, dan bukan menjadi hak setiap orang. Banyak gereja mulai didirikan oleh Gereja Katolik Roma, namun gerejagereja tersebut menjadi pemilik tanah dan mengeksploitasi pekerja Indian. Agama katolik mulai dianut, meski agama asli Indian tetap bertahan. Setelah tahun 1700an, mulai ada pertumbuhan ekonomi oleh mestizos, keturunan Indian dan Eropa, criollos, keturunan bangsa Spanyol yang menetap di sana, dan juga peninsulares, orang Spanyol yang lahir di Spanyol namun kemudian menetap di sana. Akan tetapi hal ini tidak berselang lama seiring terlibatnya Spanyol dalam sebuah perang di Eropa yang kemudian memaksa masyarakat Meksiko untuk membayar pajak lebih banyak, dan akhirnya menyebabkan instabilitas politik pula. Ratusan tahun dijajah menyebabkan orang-orang Meksiko mulai membangkang dan melakukan pemberontidakan. Tidak sedikit usaha untuk mengusir bangsa Spanyol dari lembah Meksiko, tapi tidak sedikit pula yang akhirnya justru ditangkap dan dibunuh. Rupanya hal inilah yang menjadi cerminan hampir setiap pemberontakan yang di kemudian hari terjadi di sana. Hingga akhirnya pada tahun 1823, Agustin de Iturbide, seorang criollos yang mendapat dukungan dari gereja, mendeklarasikan kemerdekaan Meksiko tanpa mengalami penangkapan dan pembunuhan seperti para pejuang sebelumnya (Harris&Needler, 2005:284). Namun kekuasaannya tidak bertahan lama, salah satu komandan militernya, Antonio Lopez de Santa Anna yang merupakan seorang criollo, justru melakukan revolusi untuk menjatuhkan Iturbide dan mengusirnya ke Italia. Santa Anna yang berbasis militer menjadi diktator dengan mengandalkan kekuatan militer. Ia bahkan meminta agar dirinya dipanggil Your Serene Highness. Pada masa kepemimpinannya, pasukan militer menjadi bertambah banyak dan kuat, pajak dinaikkan, ekonomi stagnan, birokrasi menggembung, korupsi merajalela, dan yang paling penting dan traumatis, banyak berkonflik dengan pemerintah negara lain (Harris&Needler, 2005:285). Salah satu yang mencolok adalah perang dengan Amerika Serikat, mengenai perebutan wilayah kekuasaan. Paham Manifest Destiny, membuat masyarakat Amerika Serikat merasa berhak untuk memperluas wilayahnya ke arah barat hingga mencapai Pasifik. Di mana pada tahun 1845 Amerika Serikat akhirnya menganeksasi wilayah Texas. Santa Anna dan pasukannya tidak kuasa untuk memperjuangkan. Kemudian pada tahun 1853 ketika Santa Anna membutuhkan uang, ia lalu menjual wilayah Arizona dan New Mexico pada Amerika Serikat seharga 10 juta dollar (Harris&Needler, 2005:287). Hal tersebut sangat mengejutkan masyarakat Meksiko. Dan hingga saat ini tidak ada monumen yang didirikan untuk mengenang Santa Anna.


Pada tahun 1855 terjadi La Reforma atau reformasi, di mana akhirnya Santa Anna diasingkan. Pada masa reformasi ini ditetapkan tiga hukum baru oleh Benito Juarez selaku Secretary of Justice: (1) menghapuskan hak-hak pendeta dan orang-orang militer untuk diadili oleh institusinya sendiri, (2) melarang gereja untuk memiliki hak atas properti selain yang dibutuhkan oleh fungsinya sebagai gereja dan pemerintahan, dan (3) masih untuk gereja untuk mengurusi pendataan kelahiran, kematian, pernikahan, dan adopsi, memberikan urusan pemakaman pada otoritas sipil, dan melarang pendeta untuk mematok harga yang tinggi atas administrasi sakramen (Harris&Needler, 2005:287). Akan tetapi reformasi ini tidak serta merta diterima, pihak gereja menolaknya dengan dalih kesetiaan pada Paus. Sehingga terciptalah dua kubu, yakni kubu gereja yang berpusat di Mexico City dan kubu Benito Juarez yang berpusat di Veracruz, kota asalnya memimpin. Seiring berjalannya waktu isu yang diangkat Juarez menjadi kuat dan berujung pada nasionalisasi aset-aset gereja, dan Juarez memimpin pada 1861. Kepemimpinan Juarez mewarisi hutang yang berlimpah pada Perancis, Spanyol, dan Inggris dan ketidakmampuan untuk membayar. Perancis kemudian berniat untuk menaklukan Meksiko dan mendapat dukungan dari para pendeta gereja. Pasukan Perancis mengalahkan pasukan Meksiko di beberapa tempat. Hingga akhirnya Perancis mengutus Maximilian untuk mengambil alih tempat Juarez dan menjalankan pemerintahan yang dibiayai oleh Perancis. Di sisi lain berakhirnya perang sipil dengan Amerika Serikat di perbatasan mengundang dukungan dan bantuan dari AS. Ia mendesak Perancis untuk segera pergi dan tidak mengakui pemerintahan Maximilian, sehingga Juarez kembali memimpin. Namun kepemimpinan Juarez pada akhirnya tidak bertahan lama. Ia meninggal setelah terpilih dalam pemilu 1871. Dan posisinya digantikan oleh Porfirio Diaz. Diaz memimpin dengan memanfaatkan basis militer yang dimilikinya, dan bertahan hingga 1911. Secara umum, pada masa Porfiriato–sebutan untuk masa kepemimpinan Diaz— mengalami pertumbuhan ekonomi serta stabilitas hukum, dengan membawa tema “peace, order, and progress�. Pembangunan pun digalakkan, mulai dari pembangunan rel kereta api, industrialisasi, dan pertambangan. Akan tetapi di sisi lain masyarakatnya secara mayoritas hidup dalam kesengsaraan. Kualitas hidup masyarakat terutama orang Indian menurun. Karena produksi hanya difokuskan pada pertambangan, produksi makanan menurun tajam dibandingkan dekade-dekade sebelumnya. Akibatnya Meksiko mengimpor bahan-bahan makanan dalam jumlah besar untuk mencukupi kebutuhan. Pada akhirnya, para pekerja, penambang, dan buruh menjadi sangat membenci para pemilik perusahaan, orang-orang asing yang berinvestasi, dan bahkan pemerintahnya sendiri (Harris&Needler, 2005:290). Di samping itu muncul pula kelas-kelas menengah. Di mana dari kelas menengah inilah mulai timbul protes-protes atas ketidakadilan yang terjadi. Salah satunya adalah Fransisco Ignacio Madero, yang menginginkan adanya reformasi politik melalui tulisannya The Presidential Succession of 1910, yang justru membuatnya diasingkan ke luar negeri, dan Diaz kembali terpilih. Pada tahun 1911, Madero kembali dan segera mengumpulkan kekuatan militer untuk melakukan revolusi. Selain Madero, ada beberapa pemberontak lain, yaitu Fransisco Pancho Villa dan Emiliano Zapata. Melihat hal ini Diaz menjadi sadar bahwa tiga puluh tahun kepemimpinannya telah membuat legitimasinya berkurang dan yang paling penting, kontrol atas negara (Harris&Needler, 2005:292). Ia akhirnya mengundurkan diri pada 1911. Madero terpilih menjadi presiden selanjutnya. Ia membuat beberapa kesalahan fatal yang membuat pemerintahannya rentan. Ia mengangkat jenderal pada masa Porfiriato, Victoriano Huerta untuk mengepalai pasukan federal untuk menentang pemberontakan yang dipimpin oleh


Orozco dan Zapata, dan lain-lain. Namun diam-diam Huerta mendapat dukungan dari duta besar Amerika Henry Lane Wilson untuk merebut posisi Madero. Huerta berhasil dan Madero dibunuh. Masa Huerta pun tidak lama. Ia menggunakan kekuatan militer untuk membunuh orang-orang penting yang sekiranya dapat mengancam (Harris&Needler, 2005:293). Pada akhirnya Huerta mundur pada 1914 dan meninggal di dalam sebuah penjara di texas pada 1916. Tahta presiden selanjutnya dipegang oleh Venustiano Carranza, yang mengakomodasi pemberontak-pemberontak pada masa Huerta yakni Carrancistas, Villistas, dan Zapatistas agar dapat menyuarakan aspirasi. Namun Zapatistas membelot dan mengobarkan revolusi dan mendapat dukungan dari Villas, dan akhirnya dapat diredam oleh Carranza. Seiring berjalannya waktu, hampir sama dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya, Carranza mulai tertarik untuk menambah harta kekayaan melalui kekuasaan yang dimilikinya. Salah satu jenderalnya, Obregon melihat hal ini dan melakukan revolusi. Revolusi yang dilakukan oleh Obregon pada tahun 1920 ini adalah revolusi terakhir yang berhasil dilakukan di Meksiko untuk melawan pemerintah. Obregon menggantikan Carranza pada 1920. Ia merupakan pemimpin yang kharismatik dan orator yang baik. Ia membuat perdamaian dengan gereja dan musuh-musuh lama. Pembangunan yang dilakukan cukup berhasil. Perekonomian pulih. Meksiko menjadi negara pengekspor minyak ketiga terbesar setelah Arab Saudi dan Venezuela. Sistem pendidikan nasional diperbaiki, sekolah-sekolah umum mulai dibangun. Setelah Obregon, ada Calles pada 1924 yang gaya kepemimpinannya mirip sekali dengan Diaz. Ia mengklaim berbagai properti sebagai hak miliknya. Sehingga ia tidak lama bertahan dan segera digantikan oleh Cardenas pada 1934. Cardenas benar-benar peduli akan kemajuan Meksiko. Ia menerapkan pendidikan sosialis di sekolah-sekolah yang kemudian meluas dan menjadi suatu hal yang umum. Menurutnya standard modern menuntut adanya upah dan hak yang lebih besar bagi para buruhnya yang bekerja untuk perusahaan asing. Namun AS dan Inggris menolak untuk memenuhi permintaannya dan akhirnya mendirikan perusahaan umum sendiri di bidang perminyakan Petroleos Mexicanos (PEMEX) untuk dikelola secara internal (Harris&Needler, 2005:297). Pencapaiannya tersebut menjadikannya sebagai salah satu pahlawan terbaik Meksiko. Bahkan hari dimana ia mengambil alih minyak Meksiko kini diperingati sebagai hari libur nasional. Cardenas yang menjabat hingga 1940, merupakan presiden terakhir yang beraliran kiri. Setelahnya presiden berasal dari berbagai latar belakang. Avila Camacho (1940-1946) berbasis militer, Miguel Aleman Valdes (1946-1952) berasal dari kalangan sipil, dan lain sebagainya, hingga saat ini dipimpin oleh Felipe Calderon. Uraian di atas menyiratkan adanya sistem atau siklus yang tertancap pada politik pemerintahan. Yakni suatu pemerintahan yang berjalan terlalu lama akan memicu timbulnya protes, pemberontakan, dan bahkan revolusi dari kalangan masyarakat. Tanggapan pemerintah bisa menjadi dua kemungkinan: mundur dari tahta atau merepresi para pemberontak dengan kekerasan bahkan pembunuhan. Ketika revolusi berhasil dilakukan, maka hampir dapat dipastikan bahwa yang akan menggantikan posisi presiden sebelumnya adalah pemimpin revolusi tersebut. Tapi kondisi Meksiko sekarang tidak seperti dahulu lagi, kini Meksiko menerapkan demokrasi dalam pemilihan pejabat-pejabatnya di kursi pemerintahan dan kondisi tersebut stabil sampai saat ini. Hal ini yang mungkin jadi pertimbangan Goldman Sachs menambah jumlag investasinya di Meksiko.


2. Indonesia Kondisi ekonomi, politik, dan keamanan di Indonesia saat ini dapat dikatidakan stabil. Walaupun ada gejolak seperti kasus teror yang terjadi saat rangkaian Pemilukada Gubernur Jakarta diselenggarakan, tapi pemerintah melalui pihak Kepolisian dapat secara cepat tanggap melakukan aksi represif terkait kasus ini. Beberapa terduga kasus teror ini segera diciduk dan diamankan oleh Densus 88. Beberapa barang bukti seperti rangkaian bom yang telah disiapkan pun berhasil diamankan. Pada akhirnya juga Pemilukada Jakarta, yang banyak pihak menyebutkan Pemilu Presiden versi mini, dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Tidak ada kerusuhan atau konflik yang terjadi menyusul kemenangan salah satu pihak. Pihak yang kalah dalam Pemilukada ini dapat menerima kekalahan dengan lapang dada dan sportif sehingga masa pendukungnya dapat menahan diri untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap kekalahan ini. Kasus korupsi pun banyak yang terungkap, tetapi vonis hakim kepada para pelaku korupsi tersebut dinilai belum memberikan hukuman yang sesuai membuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan indonesia mulai menurun. Untuk lebih meningkatkan transparansi dan keindependenannya, KPK baru-baru ini mengembalikan para penyidik dari pihak Kepolisian dan menggantinya dengan penyidik internal dari KPK. Pengembalian para penyidik ini juga disebabkan oleh banyaknya para pejabat di Kepoilisian yang terlibat dan menjadi terduga kasus tindak pidana korupsi. Pemerintah Indonesia juga sedang menggencarkan kampanya demokrasi ke seluruh negeri. Hampir semua provinsi dan daerah setingkat kabupaten/kota melakukan pemilihan langsung untuk posisi kepala daerah dan lembaga legislatif daerahnya masing-masing. Hasil yang diharapkan adalah kelak calon guberbur, bupati, atau walikota terpilih adalah pemimpin yang sesuai dengan kata hati rakyatnya dan konflik pun dapat dihindari. Tapi sayang, meskipun saat ini di Papua sudah ada KPU yang berhak menyelenggarakan Pemilu maupun Pilkada, tetap saja konflik yang terjadi di bumi Papua masih belum menemukan titik terang. Akhir-akhir ini juga hubungan politik indonesia dengan dunia internasional cukup baik. Beberapa waktu yang lalu Indonesia baru saja menjamu tamu spesial dari IMF yaitu Angela Merkel dan membicarakan tentang perkembangan positif perekonomian Indonesia. Hasil dari kunjungan Merkel tersebut berakhir dengan dibelinya obligasi Uni Eropa oleh Indonesia yang nominalnya mencapai US$ 1 miliar. 3. Korea Selatan Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan (Korsel) melambat pada kuartal kedua, sektor investasi dan ekspor merosot terimbas krisis utang zona euro. Dilansir dari BBC.co.uk, Kamis (26/7/2012), Produk Domestik Bruto (PDB) Korea meningkat sebesar 0,4 persen pada periode April sampai Juni. Padahal dalam tiga bulan sebelumnya tumbuh 0,9 persen. Ekonomi tumbuh 2,4 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Bank sentral Korea secara tidak terduga menurunkan suku bunga utamanya hingga 3 persen dari 3,25 persen dalam pengurangan pertama selama tiga tahun. Para analis mengatakan, bank sentral dapat menurunkan biaya pinjaman lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang. "Jika tingkat pertumbuhan ini rendah, hal itu menunjukkan kondisi yang cukup serius. Mengingat angka, saya kira bank sentral pasti akan menurunkan suku pada bulan September atau Oktober," kata Sang-Hoon Yum dari SK Securities. Korea Selatan, yang merupakan ekonomi terbesar keempat Asia, sangat bergantung pada ekspor untuk pertumbuhan ekonominya, dengan akuntansi sektor hampir separuh dari output. Namun, sektor ini telah terpukul keras oleh


krisis utang yang sedang berlangsung di zona euro dan pemulihan yang rapuh di Amerika Serikat (AS), yang merupakan dua pasar terbesar. Menurut Bank Sentral Korea, ekspor pada kuartal kedua turun 0,6 persen. Analis mengatakan bahwa mengingat situasi ekonomi global, perekonomian Korea mungkin memerlukan waktu lama untuk pulih. "Ini bukan hanya masalah Korea. Jadi sulit untuk mengatakan kapan tepatnya perekonomian Korea akan kembali bangkit," kata Yum. Pada saat yang sama, para pembuat kebijakan telah menemukan kesulitan untuk meningkatkan konsumsi domestik untuk mengimbangi penurunan penjualan asing. Data terbaru menunjukkan, konsumsi domestik naik hanya 0,3 persen dalam periode tertentu. 4. Turki Runtuhnya kekaisaran Ottoman telah mengubah strategi politik Turki untuk lebih mendekatkan diri pada negara-negara Eropa (Barat) yang pada saat itu dianggap sebagai sebuah negara yang dapat menjamin kesejahteraan Turki di masa depan. Sejak bangkitnya gerakan Nasionalisme Turki dengan sekulerisme di segala bidang, Turki telah berupaya keras untuk dapat diterima sebagai anggota Uni Eropa, hal ini berlanjut pada Perang Dunia II bahkan sampai Perang Dunia II usai. Keinginan negara-negara Eropa untuk tidak bergantung pada bantuan asing telah merubah sistem internasional dari bipolar menjadi multipolar, perubahan tersebut tentu saja mempengaruhi hubungan Uni Eropa dan Turki, yang sudah dianggap tidak terlalu berguna pasca Perang Dunia ke II. Turki telah melakukan segala macam upaya untuk dapat bergabung menjadi anggota tetap Uni Eropa. Lamaran yang diajukan Turki tidak pernah ditanggapi secara serius oleh Uni Eropa, Uni Eropa tidak pernah menolak secara tegas dan tidak pula langsung menerima Turki. Uni Eropa hanya memberikan janji-janji untuk segera menetapkan tanggal untuk menerima Turki dan memasukan Turki ke dalam daftar anggota yang paling potensial. Sejak status tersebut dikeluarkan pada 1987 hingga sekarang Turki belum mengalami kemajuan dimata Uni Eropa dan selalu menjadi kandidat dari setiap pertemuan Uni Eropa. Kegagalan Turki untuk menjadi anggota tetap Uni Eropa memang patut dipertanyakan dan menjadi suatu pembahasan yang menarik. Selain karena Turki tidak mempu untuk memenuhi persyarakatan yang diajukan oleh Uni Eropa, ketidaksukaan Uni Eropa terhadap Turki juga menjadi salah satu faktor yang menghambat Turki untuk menjadi anggota tetap Uni Eropa. Kondisi politik dan ekonomi Turki memang selalu menjadi alasan kuat Uni Eropa untuk selalu menolak keanggotaan Turki. Ekonomi Turki yang jauh berbeda dengan negara-negara Uni Eropa lainnya dikhawatirkan akan menjadi suatu masalah bagi Uni Eropa dan menjadi beban bagi Uni Eropa di masa yang akan datang. Sebagai negara anggota Uni Eropa (jika Turki diterima) maka Turki berhak mendapatkan bantuan perekonomian dari negara-negara Uni Eropa melalui Regional Polcicy-nya. Pertimbangan untung rugi menjadi faktor yang sangat mempengaruhi keputusan Uni Eropa menolak keanggotaan Turki. Kondisi demokrasi Turki juga menjadi sorotan Uni Eropa, Turki dianggap belum mampu untuk menegakan demokratisasi di negaranya, hal ini ditandai dengan masih banyaknya pelanggaran HAM yang sering terjadi di negara tersebut. Kekuatan militer yang sangat dominan terhadap sipil di Turki dan metode militerisme yang kerap digunakan untuk menangani berbagai masalah yang terjadi di negara tersebut menjadi tolak ukur lemahnya demokrasi di Turki. Kedua alasan diatas menjadi hambatan utama dan selalu dikemukakan Uni Eropa untuk menolak keanggotaan Turki. Namun bukan berarti penolakan yang tidak hanya sekali tersebut diartikan bahwa Turki tidak melakukan perbaikan dalam kedua hal


tersebut, namun sebaliknya Turki selalu melakukan perubahan sesuai yang diinginkan Uni Eropa. RUU pezinahan telah dibatalkan, siaran bahasa Kurdi mulai diperbolehkan di beberapa radio bahkan kaum sekuler Turki mengeluarkan pernyataan dan melarang istri kepala negara untuk menggunakan jilbab. Dalam hal militer masih kuat pengaruhnya, namun masih dapat dikontrol oleh kekuatan masyarakat madani. Turki telah melakukan segala cara untuk dapat menjadi anggota tetap Uni Eropa, bahkan Turki telah membuktikan dirinya menjadi satu-satunya negara Islam yang demokrasinya telah memasuki tahap yang relatif matang. Perubahan-perubahan yang dilakukan untuk menjadi salah satu negara anggota Uni Eropa ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa Goldman Sachs mengalokasikan investasi yang besar ke Turki. 5.3 MIST Dalam Perspektif Indonesia Setelah pernah disebut-sebut akan bergabung dalam BRIC, kini nama Indonesia kembali muncul dalam deretan negara MIST. MIST yang terdiri dari Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, dan Turki ini menjadi perbincangan hangat karena akan masuk ke dalam sekelompok negara dengan kondisi perekonomian yang sedang berkembang yang menjadi tujuan para investor seperti BRICS. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang mengalami fase emerging market kini menjadi sorotan dunia karena ketahanannya dalam menghadapi krisis keuangan yang terjadi di negara-negara Uni Eropa dan Amerika. Hal ini dapat diketahui dari salah satu indikator kemajuan perekonomian yaitu grafik pertumbuhan GDP per tahun yang memiliki trend positif, meskipun pertumbuhan GDP Indonesia pernah mengalami penurunan besar sekitar pada tahun 2009, tapi pada tahun 2010 pertumbuhan GDP Indonesia dapat kembali membaik.

GDP Growth (Constant Price 2000) INDONESIA Growth (%)

8 6 4

growth

2 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Grafik 1.1 Pertumbuhan GDP Riil Indonesia Dengan Tahun Dasar 2000 Indonesia dengan jumlah populasi penduduk dan jumlah angkatan kerja terbesar ke-4 di dunia memiliki banyak potensi pasar yang menarik para investor untuk membuka ‘lahan baru’ di Indonesia. Banyaknya jumlah populasi tersebut juga diimbangi dengan banyaknya konsumsi yang dilakukan oleh masyarakatnya. Di tambah lagi dengan beberapa kebijakan free trade yang telah disepakati oleh pemerintah dengan beberapa negara dan komunitas seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) membuat variabel konsumsi menjadi penopang terbesar dalam struktur GDP Indonesia.


Konsumen Indonesia sangat dimanjakan dengan ketersediaan banyak pilihan barang-barang. Harga-harga terdorong, seharusnya, lebih murah dengan dibukanya kawasan free trade ini dan pola konsumtif orang Indonesia pun semakin menjadi. Sayang dengan ditandatanganinya kebijakan free trade tersebut belum diimbangi dengan kekuatan perusahaan-perusahaan dalam negeri yang bergerak di sektor riil. Malah yang ada perusahaan-perusahaan yang masih bersifat infant industry banyak yang bangkrut dan tutup karena kalah bersaing dengan produk impor, khususnya barang dari Cina, yang kini sangat membanjiri pasar domestik Indonesia. Grafik1.2 berikut akan memperlihatkan kepada kita apa saja dan berapa besar variabel yang menopang GDP Indonesia dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2011.Data pada grafik ini menggunakan pendekatan pengeluaran dalam menghitung GDP. Terlihat bahwa lebih dari setengah GDP riil Indonesia ditopang oleh variabel konsumsi. Grafik 1.3 memperlihatkan hal tersebut dengan jelas. Variabel penyusun GDP lainnya seperti investasi (investment), belanja pemerintah (government expenditure), dan keseimbangan perdagangan luar negeri (net export) hanya memiliki persentase yang lebih kecil dibandingkan dengan variabel konsumsi. Pada grafik 1.3 terlihat bahwa arus investasi sebelum tahun 1997 cukup baik berkontribusi pada GDP, tapi pada periode setelah krisis, terhitung setelah tahun 1999, kontribusi variabel investasi ini menurun terhadap GDP. Pertumbuhan kontribusi variabel investasi ini kemudian konstan di range 20-30% terhadap GDP dengan tren positif.

Grafik GDP Riil Indonesia 1994-­‐2011 (dalam Triliun Rupiah) 3000 Total Pengeluaran Pemerintah (GDP)

2500

Konsumsi

GDP Riil

2000

Belanja Pemerintah

1500

Formasi Modal

1000

Pertambahan Investasi

500 0 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

Ekspor

-­‐500

Grafik 1.2 GDP Riil Indonesia Dengan Pendekatan Pengeluaran


0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 -­‐0.1

Persentase NX terhadap GDP Persentase G terhadap GDP Persentase I terhadap GDP Persentase C terhadap GDP 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Persentase (1 = 100%)

Persentase Variabel Penyusun GDP Riil Indonesia Tahun 1994-­‐2011

Tahun

Grafik 1.3 Persentase Variabel Penyusun GDP Riil Indonesia Masih pada grafik 1.3 kita bisa melihat variabel lain seperti variabel belanja pemerintah (government expenditure) yang konstan dengan persentase sekitar 10% saja terhadap GDP. Variabel net export yang terpengaruh dengan kondisi perekonomian global dan kondisi perekonomian negara rekan dagang pun tidak berkontribusi banyak terhadap GDP Indonesia. Setelah melihat kondisi variabel-variabel penyusun GDP Indonesia tersebut terlihat bahwa ketahanan Indonesia dalam menghadapi krisis global disebabkan oleh tingginya variabel konsumsi dalam negeri. Tidak peduli dengan kondisi di sektor investasi yang menurun di tahun 1997 sampai tahun 1999 yang kemudian tumbuh dengan tren positif setelah tahun 2000 atau kondisi perdagangan kita dengan negara lain yang konstan dan secara total mengalami surplus, konsumsi masyarakat Indonesia sangat kuat.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.