Radar Cirebon Kamis,19 April 2012

Page 2

kamis pON 19 april 2012 / 27 jumadil awal 1433 h

pemilukada

Radar Cirebon Group

Pilgub Jabar l Pilbup Cirebon l Pilwalkot Cirebon l Pilbup Kuningan l Pilbup majalengka

2

Poster Yance Menyebar sampai Pelosok KUNINGAN – Jelang perhelatan Pilgub Jabar awal tahun 2013, para bakal calon sudah gencar menyosialisasikan diri melalui berbagai media. Dari sejumlah calon yang akan maju, baliho ataupun poster H Irianto MS Syafiuddin atau Yance yang terbilang dominan. Gambar mantan Bupati Indramayu dua periode ini terlihat di berbagai sudut di Kuningan. Bukan hanya di jalan strategis, namun sudah masuk ke permukiman warga yang ada di pelosok Kuningan. “Saya baru lihat poster baru Yance, sebelumnya tidak ada. Gambar Yance memang paling dominan, sehingga lebih dikenal oleh warga,” ujar Hendrik warga

Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi kepada Radar, kemarin (18/4). Hendrik menyebutkan, di Kuningan poster Yance lebih banyak dari Bupati Kuningan H Aang Hamid Suganda yang juga akan maju dalam pilgub. Bedanya, karena sudah ada kepastian diusung partai, Yance lebih percaya diri. Aang sendiri dan calon lain masih menunggu keputusan partai. Selain poster Yance yang semakin banyak, calon yang lain yang mulai menyosialisasikan diri adalah calon gubernur dari Partai Demokrat, Daday Hudaya. Poster Daday terlihat bertebaran di Kuningan. Pria yang menjadi anggota DPR

Dukung Suryana, Gerindra Minta Budi Mundur KEJAKSAN - Keterlibatan H Budi Permadi dalam deklarasi pencalonan H Suryana melalui jalur independen Minggu (8/4) lalu, memantik reaksi dari fungsionaris Partai Gerindra Kota Cirebon. Budi dianggap menyalahi etika berpolitik, karena mengusung figur di luar persetujuan partai. Desakan mundur kepada Budi Permadi dari Partai Gerindra disampaikan Wakil Ketua Bidang Politik dan Hukum DPC Gerindra Kota Cirebon, Deni Yulian. Budi yang masih tercatat sebagai Wanhat (Dewan Penasehat) DPC Gerindra Kota Cirebon, bagi Yulian melanggar aturan partai. Seharusnya, lanjut dia, sebagai kader partai, Budi menghormati AD/ART partai. Apalagi, Gerindra saat ini sedang membuka pendaftaran calon wali kota dan belum mengusung siapapun. “Tetapi Budi malah mendukung calon wali kota dari luar partai. Itu jelas-jelas melanggar etika berpartai, ini bentuk pengkhianatan partai karena sudah bersikap tidak konsisten,” kata Deni. Deni mendesak Budi supaya legowo untuk mengundurkan diri dari Gerindra, jangan sampai menunggu partai memecatnya secara tidak hormat. Dia menegaskan, bahwa DPC Gerindra akan memberikan sanksi tegas kepada yang bersangkutan. “Ini baru di tingkat Kota Cirebon, bagaimana kalau pilpres nanti, Gerindra mencalonkan Prabowo sebagai presiden, bisa saja dia (Budi) mendukung capres di luar Partai Gerindra,” katanya. Sementara itu, Budi Permadi mengaku tidak takut dipecat dari Partai Gerindra. Menurutnya, apa yang dilakukannya dengan ikut dalam deklarasi Suryana melalui jalur independent, bukanlah melanggar aturan partai. Apalagi hingga saat ini, Gerindra belum final menentukan calon. Justru Budi mengaku selama ini didzolimi Gerindra, karena posisinya sebagai wakil ketua tanpa ada penjelasan atau surat peringatan (SP), tiba-tiba digeser menjadi Wanhat (Dewan Penasehat). Mestinya, kata dia, dijelaskan alasan kenapa dirinya diganti, namuan yang terjadi justru hal itu tidak dilakukan partainya. “Saya sih tidak takut, lha wong saya merasa tidak melanggar partai kok diminta untuk mundur,” pungkasnya. (abd)

RI dari Dapil I Jabar ini, terbilang serius ingin menjadi calon gubernur, meski di partainya sendiri yang mencalonkan diri cukup banyak. “Kami sebagai warga menyambut positif banyaknya calon gubernur dan wakil. Ini menandakan bahwa Jawa Barat banyak memiliki calon pemimpin,” ujar Yana Mulyana warga Desa Cigugur. Dengan banyaknya calon, pemilih akan diuntungkan karena akan banyak pilihan. Dia berharap, siapa pun gubernur yang terpilih akan membawa kemajuan bagi Jabar. Pria yang baru lulus kuliah ini berharap gubernur yang terpilih bisa membuka lapangan pekerjaan. (mus)

FOTO: AGUS MUSTAWAN/RADAR KUNINGAN

BEREDAR SAMPAI PELOSOK. Poster Yance yang diprediksi bakal jadi calon kuat gubernur Jabar dari Golkar, beredar sampai pelosok Kuningan.

Oki ke PDIP, Peta Makin Jelas CIREBON - Pilihan H Bamunas Budiman (Oki) untuk mendaftarkan diri jadi calon wali kota dari PDIP, membuka peta politik yang selama ini gelap menjadi sedikit terang. Dengan kondisi itu, sangat dimungkinkan PDIP, Golkar dan Demokrat masing-masing mengusung calonnya tanpa berkoalisi. “Bisa saja partai tersebut mengusung calonnya tanpa berkoalisi,” ujar aktivis Golkar yang juga Sekretaris FKPPI Kota Cirebon, Herawan Effendi kepada Radar, kemarin. Mantan ketua Badan Informasi dan Komunikasi Partai Golkar Kota Cirebon ini membeberkan sejumlah prediksi koalisi dan pasangan duet mendatang. PDIP, sebutnya, bisa saja menggandeng Oki dengan Edi Suripno atau Priatmo Adjie atau Yusuf Herman

sebagai pasangan murni PDIP. Atau dengan Dewi Yull yang berarti koalisi bersama Partai Hanura. Sementara pasangan dari Partai Demokrat kemungkinan mengusung Nasrudin Azis dan Hasanudin Manap atau Nasrudin Azis dengan Subardi. Sedangkan Golkar kemungkinan akan mengusung Ano Sutrisno bersama Andi Rianto Lie atau bisa juga dengan Lili Eliyah. Kalaupun berkoalisi, GolkarPKS bisa mengusung Ano Sutrisno-Azrul Zuniarto, dengan catatan apabila kader Golkar, H Sunaryo HW tidak bisa mengikuti mekanisme tahapan dalam pemilukada. Bagaimana dengan Agus Alwafier? Seperti sejumlah survei atau polling menyebutkan, bahwa Agus Alwafier memiliki tingkat

keterpilihan dan popularitas cukup tinggi. Oleh karena itu, bisa diusung oleh gabungan partai Islam seperti PAN, PKB, PBB. Dan tidak menutup kemungkinan, partai-partai lain yang mempunyai kursi di parlemen juga akan mendukung Agus Alwafier. “Sekali lagi, dengan resminya Oki mendaftar ke PDIP,

telah membuat peta politik yang gelap menjadi sedikit terang,” tegasnya. Secara pribadi selaku kader Golkar, Herawan menginginkan agar Golkar berkoalisi dengan partai lain yang figur maupun partai tersebut, mampu mendongkrak perolehan suara, meski pun Golkar bisa mengusung

pasangan sendiri. Menurut Herawan, sangat tidak elok kalau Golkar tidak melakukan koalisi, baik itu koalisi figur maupun struktur partai. “Dengan hanya mengandalkan suara dari Golkar sendiri, meru­ pakan sikap yang kurang bijaksana dan terkesan memaksakan diri,” tandasnya. (aff)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.