Radar Banyuwangi | 13 Januari 2013

Page 4

Ingin Dimuat di Koran?

32

Rubrik Koran Pelajar (Koper) Jawa Pos Radar Banyuwangi yang dimuat setiap hari Minggu menerima sumbangan pemikiran dan tulisan dari para siswa dan guru. Silakan kirim artikel ke alamat email radarbwi@gmail. com. Jangan lupa sertakan foto diri atau ilustrasi dan beri keterangan untuk rubrik Koper.

Minggu 13 Januarii 2013

Greget Ekskul

Langganan Juara Gitapati

Semilir angin berembus pagi itu Mengusap, mengelus ranting bambu Sorak-sorai, gelak tawa Membahana memecah kesunyian Semua terpaku, terpukau karnamu Tatapan penuh arti Menyibak belantara kebodohan Membuang selimut kemalasan Bangkit dari tidur panjangnya Perlahan goreskan pena Pena pengukir kata-kata Kata sebagai ungkapan rasa Rasa syukur yang tak terukur Rasa suka yang bertahta Disinggah sana kawula muda Mengongsong masa depan Yang penuh harapan Susilowati. Guru SMPN 1 Banyuwangi.

Sang Musuh Ada yang ketuk pintu rumahku Hei…keluarlah Siapa? Aku, akulah musuhmu Oh kau! Ya kenapa, takut? Maaf, tolong beri aku sealit waktu Tunggu sejenak, aku makan dulu Sebelum jiwa terjilat oleh apimu Izinkan kubasuh kaki ibu Damaikan hasratmu Berdirilah di ambang pintu Siapkan pedangmu Jangan masuk sebelum aku suruh Dan tusuklah kala aku buka pintu Di situ aku siap Musyaffa’. Pencinta sastra.

A ST

Bangkit

IR

Tasya Syams El-diny. Siswa 7D SMPN 1 Banyuwangi.

IF

Senyum ibu mengembang bersama asap di dapur yang mulai mengepul menyambut bapak yang pulang bersama sekeranjang ikan

AD IB

Pagi ini angin laut berhembus lembut sekali mengetuk pintu rumahku mengantarkan bau amis dari perahu nelayan

Banyuwangi, 18 Desember 2012 lalu. Gita Persada nekat bersaing dengan banyak grup yang telah lama eksis. “Dengan adanya ekstra kurikuler drum band ini, diharapkan sekolah kami juga tidak terlalu tertinggal dari sekolah lain, utamanya yang berada di perkotaan,” cetus Kepala SD Negeri 1 Bagorejo Harjo Yuwono. Humas PDBI Cornelis Mangisi menjelaskan bahwa PDBI terus melakukan pembinaan terhadap grup drum band yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Salah satu bentuk pembinaan itu dilakukan melalui agenda rutin kejuaraan tingkat kabupaten yang diadakan setiap setahun sekali. Kejuaraan kabupaten Desember 2012 lalu diikuti 88 grup peserta mulai dari TK sampai umum. “PDBI juga melakukan pembinaan berupa kursus kepada pembina dan pelatih setiap tahun,” ungkapnya saat dihubungi tim Koper. Saat ini, ungkap Cornelis, tercatat ada 190 grup drum band di bawah naungan PDBI Banyuwangi. Jumlahnya mengalami fluktuatif, karena setiap tahun ada grup yang memperbarui nomor induk anggota PDBI yang habis masa berlakunya. Namun, ada juga grup yang sengaja tidak memperbarui . Pada tahun 2012 tercatat 47 grup memperbarui nomor induk anggotanya. “Jumlah terbanyak pernah mencapai 192 grup, yang jelas fluktuatif,” katanya. Cornelis mengakui grup-grup baru terus bermunculan dari kalangan sekolah. Hal itu terjadi lantaran PDBI terus memotivasi munculnya pembinaan drum band di sekolahsekolah. Bahkan, PDBI mengusulkan kepada Pemkab Banyuwangi untuk memberikan bantuan peralatan kepada sekolah. Khususnya SD. “Pada tahun 2007 sempat direalisasikan bantuan peralatan drum band bagi 24 SD Negeri,” ungkapnya. (irw)

PR

Sekeranjang Ikan

EKSTRA kurikuler (Ekskul) drum band masih diminati di kalangan sahabat Koper (Koran Pelajar). Terbukti, saat ini tumbuh banyak grup drum band baru dari kalangan sekolah di perkotaan maupun pedesaan. Grup drum band yang sudah lama terbentuk juga semakin eksis dan menorehkan banyak prestasi gemilang. Contohnya, grup drum band Tunas Brawijaya SDN 4 Penganjuran, Banyuwangi. Menurut pembinanya I Nengah Dharma, grup drum band di sekolahnya sudah lama berdiri, karena terbentuk pada tahun 1994. Hingga kini grup drum band Tunas Brawijaya itu masih sangat eksis. Prestasi yang diraih sudah tak terhitung. Tidak hanya meraih prestasi di tingkat Kabupaten Banyuwangi, namun juga mengukir sejarah juara hingga di tingkat Provinsi Jawa Timur. “Sejak berdiri pada tahun 1994, Tunas Brawijaya terus berkibar dan sudah meraih banyak prestasi di tingkat kabupaten maupun provinsi,” ungkap Nengah. Sementara itu, grup drum band baru terus tumbuh di Banyuwangi. Salah satunya Gita Persada Nusantara SD Negeri 1 Bagorejo, Kecamatan Srono. Grup dari sekolah pinggiran tersebut terbentuk dan diresmikan pada 3 November 2012 lalu. Baru sebulan berlatih, grup anyar tersebut langsung unjuk gigi dalam Kejuaraan Drum Band Kabupaten Banyuwangi 2012 yang digelar Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) Cabang

K

SAJAK-SAJAK

Drum Band

DO

MERAIH prestasi optimal butuh perjuangan keras dari sahabat Koper (Koran Pelajar) untuk menggapainya. Jadi, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Usaha keras harus dilakukan, mulai dari belajar sendiri, hingga mengikuti bimbingan belajar dari guru dan pelatih, bahkan orang tua. Semua komponen tersebut sangat mempengaruhi siswa untuk berprestasi di bidang akademik maupun non akademik. Di luar komponen itu, sahabat Koper harus bisa membagi waktu antara belajar, kegiatan ekstra kurikuler, dan kegiatan lain. Jangan sampai hanya berprestasi di bidang non akademik, namun justru jeblok di bidang akademik. Seperti yang dilakukan Firsta Yufi Amarta Putri, siswa kelas VI SDN Model Banyuwangi. Prestasi yang diraihnya merupakan bakat dan talenta yang dimiliki putri pasangan Hery Yulistianto, SE dan Fitriana Okta Purwati itu. Setiap hari, dia selalu menyempatkan diri untuk belajar, mengikuti bimbingan dari sekolah, serta berlatih bakat dan minat kepada pelatih drum band yang ada di sekolahnya. “Kita harus pandaipandai membagi waktu agar anak tidak jenuh dan tetap terus termotivasi meraih prestasi,’’ kata Hery, sang ayah, kemarin. Sejak tahun 2010, sahabat Koper yang akrab disapa Fia, itu sudah mengoleksi seabrek prestasi. Terutama saat menjadi gitapati dalam kejuaraan drum band baik yang diadakan di ringkat Kabupaten Banyuwangi maupun kota lain di Jawa Timur. Di antaranya, juara I Finalis Firsta Yufi Amarta Putri Gitapati Klasemen Dasar Brass pada Kejurkab Drumband Bupati Cup IX tahun 2010 di Banyuwangi. Pada tahun 2011, Fia kembali menjadi juara I Gitapati Klasemen Dasar Brass pada Kejurkab Drumband Bupati Cup X. Dia juga menyabet gelar juara I Gitapati dalam Lomba Kirab Klasemen Dasar Brass. Tidak hanya itu, prestasinya dilengkapi dengan juara I Lomba Unjuk Gelar ( LUG ) Klasemen Dasar Brass. Yang paling membanggakan, pada tahun 2012 Fia menjadi The Best Field Commander (Gitapati) Klasemen SD di Malang pada 25-27 Mei 2012. “Suatu kebahagiaan menjadi juara dan membawa nama harum sekolah dan Banyuwangi,’’ ucap Fia dengan perasaan bahagia.(adv/irw)

ISTIMEWA

MERIAH:Penampilan grup drum band Tunas Brawijaya dalam Kejurkab PDBI 2012, Desember lalu.

Berharap Cinta tak Berakhir Luka Oleh Vivi Anggraini*

Rintikan air mata ini bukan karena aku tengah terluka Sesak dada ini bukan karena aku tengah kecewa Sesekali kukedipkan mata untuk memastikan bahwa ini nyata Aku sedang iba Seandainya Tuhan menciptakan manusia dengan hati yang sama Mungkin takkan pernah ada air mata Mungkin takkan pernah ada hati yang terluka Mungkin… Lihatlah mega, ada saat ia tak menampakkan indahnya, karena awan Bintang dan bulan pun sama, ada saat ia bersembunyi di balik hitam Tuhan, Mengapa Kau ciptakan bercak kelam dan menyuruhku memaknainya seorang diri? Senyum yang ia tebarkan setiap pagi, membawa kesejukan bagi kebanyakan orang yang menyapanya. Suara khasnya menggema membuat sebagian orang tertarik untuk berbincang dengannya. Wanita itu bernama Dewi Purnama. Cukup memanggilnya Dee untuk mengakrabkan diri dengannya. Saat ini Dee telah bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang perbankan. Dee mempunyai seorang kekasih bernama Mahendra Saputra. Mereka berpacaran sekitar empat bulan terakhir. Dalam riwayat kisah cintanya, keduanya sama-sama pernah tersakiti. Terutama Dee, dari lima lelaki yang pernah dipacarinya, semua menduakan cintanya. Akankah kupanjatkan doa, agar ia menjadi yang terakhir? Sama seperti sebelumnya, Tiap kuuntai kata dalam doa agar luka itu tak menganga, Tuhan menjawabnya dengan goresan di bekas yang sama. Sama-sama menyakitkan. Tapi bukan berhenti sampai di sana Aku akan tetap mencari siapakah lelaki yang pantas untuk berada dalam sudut ruang di hatiku. Takdir membawa Dee mengenal sosok pria yang membuatnya menengadahkan tangannya di hadapan Tuhan untuk memohon agar ia menjadi yang terakhir untuknya. Rasa bosan membawa Dee mengucap banyak harapan agar luka yang pernah dirasakannya tak akan kembali lagi. Semua itu tentang Hendra. Terlebih setelah ia mendengar cerita dari tiga wanita hebat yang tak pernah menyerah melawan rasa sakit di hatinya. Suatu malam, setelah Dee melakukan aktivitas rutinnya (membaca novel), wanita terhebat dalam hidupnya mengisakkan tangis di hadapannya. Perlahan ia bercerita tentang masa lalunya. Betapa cinta membuat lelaki terlena. Sedikit pun ia tak berpikir bagaimana perasaan orang-orang yang selama ini mendampinginya. Menginginkannya seutuhnya, menginginkan cinta sucinya tercurah tanpa cacat, menginginkan ketulusan hati yang ia berikan tanpa imbalan. Tapi ada kalanya semua harapan terbuang sia-sia. Isak tangis yang ia dengar malam itu, adalah isak pertama yang ia dengar untuk yang pertama kalinya. Dee hanya terpaku, mem-

bayangkan dirinya beberapa bulan yang lalu. Duduk sendiri, hanya berteman boneka kodok miliknya. Sesekali ia mengusap mata dan hidungnya dengan tissue yang ada di sampingnya. Mungkin sesak yang saat itu ia rasakan sama dengan sesak yang dirasakan oleh wanita yang kini ada di hadapannya. Oohh… tidak, kali ini mungkin lebih sakit. Dengan pandangan kosong, sesekali Dee mengusap tetesan air mata yang tak sengaja melewati pipi halusnya. “Mama… mama hebat, sangat hebat. Mama bisa melewati ini. Mama bisa jadi kebanggaan kita semua. Dee sayang mama.” Pelukan dari Dee menjawab curahan hati wanita yang tengah terluka itu. Perlahan sebuah lekung senyuman menyeruak dari bibir wanita yang beberapa hari ini tenggelam dalam kesedihan. Ucapan terima kasih mengalun dengan lembut, beberapa hari setelah Dee mendatangi sebuah rumah yang tak lain adalah rumah sahabat lama mamanya. Aku datang untuk mencari keadilan Untuk menerangkan ke mana sebuah ketulusan harus bersandar Untuk meluruskan ke mana sebuah hati harus berjalan Untuk menegaskan ke mana hidup harus berpangkal Seandainya hati manusia diciptakan sama Entahlah ke mana perginya air mata Bermuarakah? Atau gersang ditelan masa. Seandainya hati manusia diciptakan sama Akankah masih berlaku hukum rimba? Akankah mereka akan terluka? Akankah aku mampu memaknainya? * Kriiiing… kriiing… kriiing… Ponsel Dee berbunyi beberapa kali. Tertulis nama Yaya menelepon Dee pagi itu. “Halo, kenapa Ya?” ujar Dee. “Dee, ketemu yuk? Nanti siang bisa nggak? Aku mau cerita. Tolongin aku ya Dee?” kata Yaya tergesa-gesa. “Woless Ya. Kamu kenapa?” tanya Dee. “Udah ntar ketemuan aja di Cafenya Ratna jam 5 sore.” Ujar Yaya sembari menutup teleponnya. Satu lagi, wanita kuat yang menyambut kedatangan Dee sore itu dengan tetesan air mata. Cincin yang melingkar di jari manis Yaya, tanda

pinangan dari kekasihnya, bukanlah jaminan ia akan bahagia seterusnya. Tanggal yang telah ditetapkan bukanlah alasan untuk kesetiaan itu dipertahankan. Satu lagi, wanita kuat yang pernah memeluknya saat ia tenggelam bersama luka melihat kekasih hatinya memakaikan cincin pada wanita lain, merasakan goresan yang sama, sama-sama menyakitkan. Suara tangis pun menggema di sudut café milik teman kecilnya, seolah tak peduli bahwa beberapa pasang mata sedang memperhatikannya dari sudut yang berbeda. “Dee, sakit Dee. Mungkin ini lebih sakit dari apa yang kamu rasain dulu. Tiga bulan lagi akad nikah itu digelar di rumahku, dan dia milih cewek lain Dee. Aku liat sendiri, bahkan segampang itu dia bilang putus ke aku. Sakit Dee, sakit.” Ungkap Yaya. Tak kulihat keindahan mega yang Kau siapkan untuk menenangkan hatiku sore ini Buram, tak terpancar Aku pun tak melihat semburat kemuning senja yang mengungkap sejuta harap sore ini Gelap, tak terlihat Sakitku hari itu, kupikir hanya aku yang tahu Tapi aku salah, aku bukan apa-apa Lebam di mataku hari itu, kupikir hanya aku yang tahu Lagi-lagi aku salah, aku bukan apa-apa Cincin yang ia selipkan di jari manisnya hari itu, Ternyata jauh lebih baik dibandingkan jika harus menyapa jariku terlebih dulu Seakan tak berhenti aku bertanya “Mengapa” Alur itu tetap sama, bercerita tentang hati yang terluka. * Ketakutannya akan luka, membuat Dee selalu bertanya, akankah Hendra berbeda dari mereka? Akankah Hendra adalah pelabuhan terakhirnya? Akankah Hendra mampu menjadi sosok yang bisa meyakinkan hatinya bahwa dialah penghuni terakhir hatinya. Terlebih saat ia mendengar lantunan isak wanita hebat yang ia kagumi setelah ibunya. Lagi-lagi tetap sama, lantunan drama tangisan bak klise mengalun dengan lembutnya. Tapi ini nyata. Bagaimana seorang wanita memeluk bayi kecilnya dan memastikan padanya bahwa keadaan itu akan baik-baik saja, padahal itu buruk baginya. Betapa tidak, lelaki yang ia kagumi

bercengkerama dengan wanita lain dengan bahagianya. Mereka tak sadar, di sudut ruang kecil di rumahnya yang sempit, ada seseorang yang menangis. Sesekali ia memasang senyum pada anaknya dan berkata, “Ibu baik-baik saja Nak.” Getar suara itu mengisyaratkan pada Dee, bahwa wanita itu menahan ganjalan kerikilkerikil tajam yang selalu menusuknya setiap saat, setiap ia mengingat masa lalunya yang lebih menyakitkan dari masa lalu yang pernah dirasakan oleh Dee. Wanita hebat itu pun mulai bercerita, bagaimana ia selalu mengajarkan anak-anaknya untuk menghargai sebuah cinta, sekecil apa pun itu. Betapa ketulusan itu sama sekali tak mengharap balasan yang sama, meski terkadang hal itu menyakitkan. Betapa rasa sakit itu tak sepatutnya dibalas dengan kebencian. Betapa kasih sayang itu mengalir dari hati dengan sendirinya. Dia menangis untuk cinta, dan untuk kesekian kalinya Dee melihat wanita hebat yang terluka. Dia merasa kecil dan lebih lemah dari mereka. Dia masih meraba, apakah ia akan sehebat mereka? Terus mencintai dan memeluk lelaki yang telah menyakitinya, berharap suatu hari nanti Tuhan memberinya jalan untuk terbangun dari mimpi panjangnya serta menyadarkannya, bahwa ada wanita yang setia mendampinginya selama ia terbuai dalam mimpi di tidur lelapnya. Dalam hatinya, Dee berbisik lirih. “Semoga anak ibu menjadi seseorang seperti ibu, seseorang yang kuat, seseorang yang mengerti arti ketulusan, seseorang yang dengan cuma-cuma memberikan penghargaan atas kesetiaan. Semoga Bu.” * Lelaki… apakah mereka sama? Kekasihku… mungkinkah kau sama? Apakah sepenggal cerita tentang masa laluku yang pernah kuceritakan dulu, membuatmu merasakan hal yang sama denganku? Aku takut kehilanganmu Air mataku yang pernah berkata bahwa luka itu begitu menyiksa sempat membawamu masuk ke dalamnya Aku begitu takut kehilanganmu Kamu… tahukah artimu bagiku? Kamu adalah doa pengantar tidurku. Kuharapkan kedatanganmu setiap malam. Kita bahagia, tanpa terusik nyata Kamu, tempatku berteduh kala terik siang menenggelamkan harapan Kamu, setiakah kau padaku? Meski nama dan wajah telah terganti Kamu, titipkanlah cinta sebelum kau pergi, aku akan menjaganya hingga kau kembali Kamu, rinduku tak pernah putus asa, jangan takut aku takkan melupakanmu Kamu, kedatanganmu membuatku lupa, berapa lama rindu telah menunggu Kamu, tahukah kau apa impianku? Mencintaimu dari waktu ke waktu Kamu, kuucapkan cinta hanya padamu. Cintaku satu-satunya, tanpa orang ketiga Kamu, aku tak takut mencintaimu, meski dibunuh luka dan patah hati Kamu, biarkan kukatakan sebuah rahasia kecil. Aku mencintaimu… mencintaimu… mencintaimu…

*)Cerpenis muda.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.