Gaung AMAN Edisi 47 Februari 2013

Page 14

laporan utama kritik mencapai 11,5 juta hektar. Perkebunanperkebunan kelapa sawit sering lebih luas dari konsesi legalnya. Dari luasan ini berapa persen partisipasi petanipetani yang bertanam kelapa sawit di tanahnya sendiri. Menurut Dirjen Perkebunan, Departemen Pertanian, luasan kebun sawit milik petani adalah diatas 40 % (sebagaimana dikutip oleh Sawit Watch 2012), Sementara menurut Sawit Watch (2012), jumlahnya adalah kurang dari 30 %. Dengan percepatan luasan 400.000 ha per Potret umum konflik agraria sebagai tahun, luasan kebun sawit Indonesia akibat ekspansi perkebunan kelapa digenjot pemerintah, perusahaansawit perusahaan swasta, dan petani-petani sawit, luasan kebun Sawit di Indonesia Produksi Crude Palm Oil dicanangkan mencapai 20 juta hektar (CPO) Indonesia terus tumbuh pesat pada tahun 2025. dari tahun ke tahun. Indonesia adalah penghasil CPO terbesar di du- Menarik sekali untuk memnia. Pemantauan dari Indonesian perhatikan data dari Direktur PascapCommercial News Letter (Juli 2011) anen dan Pembinaan Usaha Direktorat produksi CPO meningkat menjadi 21,0 Jenderal (Ditjen) Perkebunan pada juta pada 2010 dari tahun sebelumn- Kementerian Pertanian, Herdradya 19,4 juta ton. Pada 2011 produksi jat Natawidjaja (2012), sebagaimana diperkirakan akan naik 4,7% menjadi dimuat dalam Kompas 26 Januari sekitar 22,0 juta ton. Sementara itu, 2011, “Lahan Sawit Rawan Konflik“. Ia total ekspor juga meningkat, pada menyampaikan data dalam satu rapat 2010 tercatat sekitar 15,65 juta ton, koordinasi perkebunan berkelanjutan kemudian diperkirakan akan mel- di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, onjak menjadi 18,0 juta ton pada pada tanggal 25 Januari 2012. Ia me2011. Dari total produksi tersebut nyebutkan bahwa sekitar 59 persen diperkirakan hanya sekitar 25% dari 1.000 perusahaan kelapa sawit sekitar 5,45 juta ton yang dikon- di seluruh daerah Indonesia terlibat sumsi oleh pasar domestik. Produksi konflik dengan masyarakat terkait CPO sebanyak itu ditopang oleh to- lahan. Tim dari Ditjen Perkebunan sutal luas konsesi perkebunan kelapa dah mengidentifikasi konflik itu di 22 sawit yang terus bertambah yaitu provinsi dan 143 kabupaten. Totalnya menjadi 7,9 juta hektar pada 2011 ada sekitar 591 konflik, dengan urutan dari 7,5 juta hektar pada 2010. pertama banyaknya konflik ditempati luas. Kita tidak bisa mengandalkan cara-cara tambal-sulam dengan sekedar mengatasi secara cepat dan darurat, terutama sehubungan dengan eskalasi dan ekses yang tampak dari konflik-konflik itu. Selain memahami apa-apa yang tampak, konflik agraria seperti ini perlu ditemukan cara mengatasinya dengan secara sungguh-sungguh memahami rantai penyebab dan kondisi yang melestarikannya.

Data Dirjenbun menunjukkan bahwa luasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah 8,1 juta (Dirjenbun 2012 sebagaimana dikutip oleh Sawit Watch 2012). Luas perkebunan ini, lebih kecil dari yang sesungguhnya, yang diperkirakan menurut Sawit Watch (2012) telah

14 februari 2013

Kalimantan Tengah dengan 250 kasus, disusul Sumatera Utara 101 kasus, Kalimantan Timur 78 kasus, Kalimantan Barat 77 kasus, dan Kalimantan Selatan 34 kasus. Dalam banyak konflik-konflik agraria kita juga menyaksikan in-

strumentasi hukum, penggunaan kekerasan, kriminalisasi tokoh penduduk, manipulasi, penipuan, dan pemaksaaan persetujuan, yang dilakukan secara sistematik dan meluas. Semua ini sering menyertai upaya penghilangan klaim rakyat, atau pengalihan penguasaan atas tanah, SDA dan wilayah kelola rakyat setempat ke konsesi yang dipunyai oleh badanbadan usaha raksasa termaksud. Hal ini sekaligus merupakan ekslusi atau pembatasan akses rakyat terhadap tanah, SDA, maupun wilayah kelolanya. Sebaliknya, perlawanan langsung dari rakyat, maupun yang difasilitasi oleh organisasi-organisasi gerakan sosial, lembaga swadaya masyarakat (LSM), maupun elit politik, dilakukan untuk menentang eksklusi, atau pembatasan paksa akses rakyat tersebut. Sudah diakui bahwa masalah pengadaan tanah untuk perkebunan sawit di Indonesia cenderung berujung pada konflik agraria. Pertentangan klaim hak atas tanah antara pengusaha yang telah mengantongi Hak Guna Usaha (HGU) dari pemerintah dengan masyarakat petani yang telah hidup bertahun-tahun di sebuah wilayah dengan sistem tenurialnya sendiri (Colchester et al 2006). Sebab-sebab Struktural Agraria

dari

Konflik

Penjelasan mengenai konflik agraria yang belum banyak diungkap adalah sebab-sebab struktural dari padanya, yang berhubungan dengan bagaimana ekonomi pasar kapitalistik bekerja. Harus dipahami bahwa ekonomi pasar kapitalistik bekerja sama sekali berbeda dengan ekonomi pasar sederhana dimana terjadi tukarmenukar barang melalui tindakan belanja dan membeli yang diperantarai oleh uang. Dalam ekonomi pasar ka-


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.