Majalah LD 03 Edisi Okt 2012

Page 40

Kolom Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pelestarian Lingkungan (1)

Kurungan

B

erbicara pembangunan, hal yang terlalu sering terucap, namun jarang terwujud di keseharian adalah ketidakpaduan antar berbagai sektor pembangunan (ego-sektoral). Sejak awal orde-baru, fenomena ini telah terasa kental. Jargon KIS (Keterpaduan, Integrasi dan Sinkronisasi) muncul seiring dengan bangkitnya kesadaran terhadap fenomena ego-sektoral di awal 70-an. Kosa kata koordinasi, integrated, sinergis, keterpaduan, satu pintu, link and match, comprehensive telah menjadi semacam mantra berbagai program pembangunan. Sejak awal 70-an, kabinet pembangunan telah mulai memiliki menteri koordinator yang jumlahnya terus bertambah seiring berjalannya waktu. Himbauan koordinasi telah menjadi standar pidato para petinggi. Berbagai pertemuan dari workshop di hotel-hotel berbintang, hingga rapat yang banyak menyibukkan pejabat dari tingkat atas hingga kecamatan. Kemudian setiap dokumen program selalu mewajibkan adanya upaya pengkaitan dengan program yang telah lalu atau berbagai inisiatif yang sedang berjalan. Telah begitu banyak upaya dan kesibukan mengurus koordinasi dari dulu hingga kini. Lantas, rontokah tembok ego-sektoral? Tidak ! Fenomena ini justru terus menguat bak semen bercampur air. Berbagai sektor pembangunan yang telah terjabar dalam berbagai program dan proyek, apabila diibaratkan dengan kendaraan yang sedang melaju, pengendara dan sebagian besar penumpangnya hanya sibuk menginjak gas mobil masing-masing. Mereka abai melihat spion, abai membuka jendela komunikasi dengan pengendara lain yang berjalan setujuan. Tidak cukup disitu. Kurang terbukanya jendela komunikasi terjadi pula diantara penumpang dalam satu mobil yang sama. Bukan saja antar program yang kurang saling sapa, tetapi juga sering diantara sub-komponen dalam satu program. Bukan saja antar kementerian, tetapi juga sering diantara eselon satu (direktorat jendral) dalam satu kementerian, di antara direktorat dalam eselon satu yang sama, di antara bagian dalam satu direktorat yang sama, diantara seksi dalam satu bagian yang sama dan seterusnya. Yang sesungguhnya terjadi, karena itu, bukan hanya ego-sektoral, tetapi juga

40 | Edisi 3, Oktober 2012

ego-direktorat jenderal, ego-direktorat, ego-bagian, ego-seksi, ego-program, ego-proyek dan seterusnya. Fenomena ini terjadi di semua lini dan jajaran dari Jakarta hingga ke pelosok desa ! Ungkapan Jawa menyatakan ’sakdumuk bathuk, sanyari bumi’. Manusia adalah petarung tangguh saat memperjuangkan harkat dan kepentingan pribadi, golongan dan kelompoknya. Mereka rela mempertaruhkan jiwa dan raganya, walau hanya menyangkut urusan yang sesempit dahi (sakdumuk bathuk) dan sejengkal tanah (sanyari bumi). Sebaliknya mereka sering justru abai dengan hajad hidup masyarakat luas, misal keberlangsungan fungsi sistem pendukung kehidupan, kesejahteraan masyarakat dan sebagainya, hanya karena hal tersebut berada diluar kepentingan ingroup-nya. Berbagai program yang dibungkus berbagai warna dengan sasaran sama seharusnya bersinergi satu sama lain. Sayangnya hal tersebut sering tidak terjadi. Koordinasi dengan sektor atau kegiatan lain sering hanya di tataran wacana. Masing-masing asyik bekerja di sekatnya. Karena keterbukaan sekat sering dianggap sebagai penganggu privacy yang mengancam kepentingan sekatnya. Kondisi sebagaimana tergambar di atas juga menerpa berbagai program pemberdayaan masyarakat yang difasilitasi berbagai kementerian dengan pelibatan konsultan dan organisasi masyarakat sipil (CSO). Mereka bekerja di wilayah yang sama, untuk tujuan yang sama, namun tidak saling menyapa. Mereka begitu asyik dengan kurungan masing-masing. Alhasil, berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh banyak pihak dengan aneka macam bendera bak festival tetabuhan. Ada yang memukul genderang saja, ada yang menabuh gong saja, ada yang meniup suling atau menggesek biola saja. Masing-masing targetnya hanya mengaungkan bunyi sekeras-kerasnya. Tidak peduli apakah bunyi tersebut dinikmati atau justru memekakkan telinga masyarakat. Alangkah indahnya kalau berbagai tetabuan itu berpadu menjadi sebuah orchestra gamelan. Alangkah besarnya manfaat yang ditimbulkan, apabila berbagai inisiatif tersebut saling memperkuat. Bersambung.

Edi Purwanto

Lestari Desaku


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.